Selain Sesar, warga Palu lain yang masih dihantui bencana tersebut adalah Aksa salah seorang penduduk Balora. Ia nyaris meninggal akibat tergulung tanah atau likuifaksi.
Aksa ingat, sore itu begitu lindu menghantam Palu, ia langsung menggendong anaknya keluar rumah. Sang istri membuntut. Tiba di lapangan bersama puluhan warga Balora lain, tanah yang dipijak Aksa ujug-ujug terangkat, hingga setinggi rumah dua lantai.
Aksa dan isteri bergegas turun dari tanah itu dan lari menjauh. Namun, tidak semua, termasuk tetangga dekat Aksa mampu menjauh. "Tanah yang naik itu jatuh, menutup tetangga-tetangga saya," ujar dia.
Di halaman luar, ia melihat tanah sudah bergerak menggulung rumah-rumah. Di satu titik ketika berlari, Aksa berhenti karena mendengar suara teriakan minta tolong dari dalam tanah.
Ia kaget karena asal suara tersebut adalah wajah sang tetangga yang tubuhnya tertimbun tanah. Aksa hendak menolong sang tetangga namun sang istri mengatakan, Mana yang mau ditolong, saya dan anak-anak mu juga sama penting.” Aksa lanjut berlari.
Baca: Baju Sumbangan Korban Tsunami Palu yang Terbuang
Hampir dua bulan bencana gempa dan tsunami Palu berlalu, Aksa tidak bisa ditinggal sendirian. Dia memilih tinggal di kantor bersama teman-temannya. Isteri dan anak-anaknya pulang ke Poso. "Kalau sendiri pasti menangis saya. Tetap bayang-bayang itu ada, dari mulai rumah, tetangga, air, dan mayat di sana," kata Aksa.