Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Widjo Kongko, mengatakan muka tanah di Palu turun bahkan ada yang sampai 1,5 meter. Namun, antara gempa, tsunami, atau likuifaksi yang menjadi sebabnya, belum bisa dipastikan.
Di pesisir, penurunan terjadi dari Pantai Talise sampai Mamboro. Di Donggala dan sekitarnya tanah justru naik. Sementara di Pantoloan, muka tanah tak berubah. "Talise kelihatannya yang paling turun," kata Widjo.
Masyarakat berjalan di lokasi pembersihan kawasan permukiman terdampak gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu, 10 November 2018. Sebagian besar kawasan seluas 180 hektare yang hancur akibat gempa dan likuifaksi pada 28 September 2018 lalu itu telah selesai diratakan dan dibersihkan. ANTARA/Mohamad Hamzah
Wali Kota Palu Hidayat masih menunggu hasil kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memastikan ukuran turun dan naiknya muka tanah.
Simak: Penanganan Difabel Baru Akibat Gempa Tsunami Palu Donggala
Hidayat mengatakan, hasil kajian dari dua lembaga itu akan dipakai untuk menyusun kembali tata ruang di Palu, termasuk garis Pantai Talise pasca tsunami Palu. Sampai waktu yang belum ditentukan, Talise akan bebas dari aktivitas. "Tidak boleh ada aktivitas di lokasi tsunami, likuifaksi, dan jalur patahan aktif," kata dia.