Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Muka Tanah yang Turun Setelah Gempa dan Tsunami Palu

image-gnews
Kapal di Pantoloan, Palu yang terangkat karena tsunami, Kamis, 22 November 2018. Tempo/M Yusuf Manurung
Kapal di Pantoloan, Palu yang terangkat karena tsunami, Kamis, 22 November 2018. Tempo/M Yusuf Manurung
Iklan

TEMPO.CO, Palu Dua bulan berlalu sejak tsunami Palu, wajah kota itu belum banyak berbenah. Belasan kapal nelayan masih teronggok di atap rumah-rumah yang ada di sekitar Pantai Pantoloan, Kota Palu. "Sekarang belum ada kerjaan. Paling bersih-bersih puing-puing rumah," kata seorang nelayan, Candra, Kamis, 22 November 2018.

Baca: Ahli ITB: Tsunami Palu Datang dari Berbagai Arah

Pasar Senja di Pantoloan, tempat warga membeli ikan, rata dengan tanah. Namun, pasar ini masih sepi karena nelayan seperti Candra belum bisa melaut.

Sementara itu, reruntuhan bangunan, anjungan patah, badan jalan ambles, dan pepohonan kering yang terendam masih berserakan di sekitar Pantai Taliase, 50 menit dari Pantai Pantoloan. Pantai Taliase merupakan pintu masuk ketika tsunami menghantam Palu akhir September lalu. 

Tak ada lagi anjungan dan tanggul, kini masyarakat hanya bisa menyaksikan Pantai Talise dari atas kendaraan saat melintas. Jika laut pasang pada sore hari, air meluap hingga seratus meter dari bibir menutup Jalan Cumi-cumi, membanjiri bekas ruko, dan memakan satu ruas Jalan Diponegoro.

"Dulu walau musim ombak sekali pun air tidak naik sampai atas" kata salah seorang warga Palu, Darwis kepada Tempo, Kamis, 22 November 2018.

Kondisi Balora, Kota Palu, lokasi terjadinya likuefaksi akibat gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter. Kamis, 22 November 2018. Tempo /M Yusuf Manurung

Di Jalan Cut Mutia yang kini tergenang air, delapan tiang besi muncul. Menurut Darwis, tiang itu merupakan penyangga dermaga lama yang sudah lama tertimbun.

Garis Pantai Talise, dan pesisir pantai lain di Teluk Palu berubah. Lindu berkekuatan 7,4 skala richter pada Jumat, 29 September 2018 yang diikuti tsunami dan likuifaksi diduga menurunkan permukaan tanah.

Akibat bencana ini, korban meninggal terbanyak ditemukan di Kota Palu sebanyak 1.703 orang, Kabupaten Donggala 171 orang, Kabupaten Sigi 366 orang, Kabupaten Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu, Sulawesi Barat satu orang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, sebanyak 1.309 orang dilaporkan hilang dan 4.612 orang luka-luka serta 223.751 orang mengungsi yang tersebar di 122 titik pengungsian.

Simak kelanjutannya: Apa kata peneliti BNPT soal perubahan bibir pantai di Palu?

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno Berita Terkini: Siklon Tropis Megan, Gempa Talaud, dan Mahasiswa Geofisika UI

2 jam lalu

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Top 3 Tekno Berita Terkini: Siklon Tropis Megan, Gempa Talaud, dan Mahasiswa Geofisika UI

BMKG memantau Siklon Tropis Megan di Teluk Carpentaria dan Bibit Siklon Tropis 91S di Samudra Hindia sebelah tenggara-selatan Bali.


BRI Peduli Bantu Masyarakat Terdampak Bencana di Sumbar dan Jabar

18 jam lalu

BRI Peduli Bantu Masyarakat Terdampak Bencana di Sumbar dan Jabar

Bantuan diberikan kepada warga di Sumatera Barat, Cirebon, dan Bandung Barat.


Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kepulauan Talaud Sulut, Tidak Berpotensi Tsunami

1 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kepulauan Talaud Sulut, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi di dalam lempeng Laut Filipina.


Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

3 hari lalu

Memprediksi Badai Matahari dalam 24 Jam
Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

Badai matahari merupakan istilah dari aktivitas tata surya terkait bintik matahari yang kemunculannya bisa diamati atau dipantau dari bumi.


BMKG Telah Mencatat 4 Kali Gempa Pangandaran Sepanjang Hari Ini

3 hari lalu

Ilustrasi gempa. geo.tv
BMKG Telah Mencatat 4 Kali Gempa Pangandaran Sepanjang Hari Ini

Gempa yang kedua bahkan memiliki magnitudo lebih kuat, yakni M4,2. Simak penjelasan dari BMKG.


Gempa M4,0 dari Laut Guncang Pangandaran, Garut, Pangalengan Pagi Ini

3 hari lalu

Peta lokasi gempa Pangandaran pada 15 Maret 2024. X/BMKG
Gempa M4,0 dari Laut Guncang Pangandaran, Garut, Pangalengan Pagi Ini

Gempa tektonik bermagnitudo 4,0 mengguncang wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya. BMKG mencatat waktu kejadiannya pada Jumat pagi, 15 Maret 2024 pukul 08.29 WIB.


Gempa Terkini Guncang Sebagian Wilayah Maluku hingga IV MMI, Ini Data BMKG

8 hari lalu

Peta pusat gempa di Maluku, Minggu sore, 10 Maret 2024.  BMKG
Gempa Terkini Guncang Sebagian Wilayah Maluku hingga IV MMI, Ini Data BMKG

Gempa terkini mengguncang wilayah Pantai Selatan Maluku Tengah, Maluku, pada Minggu sore ini, 10 Maret 2024.


BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Hampir Seluruh Wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024, Hati-hati Angin Puting Beliung

8 hari lalu

Ilustrasi Angin Puting Beliung (ANTARA FOTO/HO-BMKG)
BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Hampir Seluruh Wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024, Hati-hati Angin Puting Beliung

BMKG prediksi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024. Cek cuaca ekstrem di daerah Anda, mewaspadai angin puting beliung.


Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Kepulauan Aru Maluku, BMKG: Terasa Hingga Kaimana dan Tual

12 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Kepulauan Aru Maluku, BMKG: Terasa Hingga Kaimana dan Tual

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan kerak bumi.


Diintai Bencana Alam dan Konflik Satwa, Otorita IKN Janji Bangun Zona Hijau dan Kawasan Lindung

12 hari lalu

PLTS IKN 50 MW berdiri di lahan seluas 80 hektare. Total panel surya yang digunakan dalam PLTS tersebut mencapai 21.600 panel surya. ANTARA/HO-PLN
Diintai Bencana Alam dan Konflik Satwa, Otorita IKN Janji Bangun Zona Hijau dan Kawasan Lindung

Potensi bencana dan konflik satwa di IKN menjadi sorotan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia lantaran pembangunan IKN menyebabkan deforestasi di kawasan tersebut.