INFO NASIONAL – Penggunaan energi fosil di sektor transportasi harus konsisten dikurangi. Hal tersebut sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Pernyataan ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Saleh Abdurrahman saat membuka Dialog Energi di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 21 November 2018.
Menurut Saleh, salah satu yang ingin diketahui melalui dialog ini adalah sejauh mana perkembangan kendaraan listrik di Tanah Air. Dialog mengangkat tema “Percepatan Mengurangi Ketergantungan Terhadap Energi Fosil di Sektor Transportasi” dengan fokus pada pengembangan kendaraan listrik.
Menurut Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Rachmat Mardiana, pengembangan perkotaan mengarah kepada pembangunan angkutan umum masal perkotaan. Di sektor transportasi, penggunaan energi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik menjadi alternatif untuk membentuk kota yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Dalam dialog ini Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menjelaskan mengenai posisi industri otomotif bagi pembangunan Indonesia. Selain 20 persen produksi diekspor, produk otomotif Indonesia menyumbang PDB dari sektor non-migas sekitar 10,2 persen.
Khusus untuk kendaraan listrik, pada 2040 diperkirakan akan ada 15 persen pasar otomotif. “Memang masih lebih besar yang menggunakan energi fosil, tetapi pasar kendaraan listrik akan terus meningkat,” ujarnya.
Dari sisi regulasi, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan Peraturan Menhub Nomor 33 tahun 2018 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor, termasuk kendaraan listrik. “Spesifikasi alat uji kendaraan listrik berkisar pada tiga hal yaitu pengujian terhadap unjuk kerja akumulator listrik, perangkat elektronik pengendali kecepatan, dan alat pengisian ulang energi listrik,” kata Kasubdit Teknologi Sarana Angkutan Direktorat Sarana Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Marwanto Heru Santosa.
Selain itu, dari sisi kesiapan Indonesia secara teknis, menurut Agus Purwadi dari Konsorsium Perguruan Tinggi yang mengembangkan kendaraan listrik sejak 2012 dengan dana Kemendikbud dan LPDP, pihaknya telah membuat peta jalan mobil listrik 2012-2016 dan melakukan riset komponen kunci kendaraan listrik.
“Dari assessment ada tiga hal dari kita yang menonjol yakni motor listrik, inverter, dan baterai,” katanya. Kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan riset ini juga memungkinkan. Seperti motor listrik kerjasama ITB dan Pindad, Inverter kerjasama ITB dan LEN Industri, Baterai Lithium Ion kapasitas kecil kerjasama UNS, Kemenperin, dan BPPT. Pada 2016-2017 program ini sempat terhenti karena tiadanya pendanaan, namun dimulai lagi pada 2018 melalui skema Rispro Invitasi untuk riset komponen kunci Konsorsium Kendaraan Listrik.
Dalamdialog ini juga muncul kesamaan pemikiran bahwa proyek kendaraan listrik nasional harus berjalan. “Tinggal tujuk siapa yang menjadi leading sector yang mengharmonisasi kementerian/lembaga terkait sehingga kendaraan listrik bisa cepat komersial sehingga target RUEN dapat tercapai,” ujar Agus.
Kebutuhan pada angkutan umum massal di perkotaan, pasar yang dituju oleh kendaraan listrik, sangat jelas dan cukup besar ceruk pasarnya. Yang juga jelas, adalah ketika industri kendaraan listrik menggeliat maka dampaknya cukup besar karena industri komponen kendaraan listrik juga akan bergerak sehingga peluang kerja baru muncul dan dapat dimanfaatkan oleh banyak masyarakat.
Untuk info lebih lanjut silahkan ke www.den.go.id (*)