TEMPO.CO, Lamongan - Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berharap film A Man Called Ahok, yang menceritakan tentang kehidupan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bisa menginspirasi tentang pendidikan karakter agar setiap warga bangsa bisa hidup berdampingan tanpa membedakan suku dan agama. Selain itu, kata Djarot, film Ahok juga bisa memberikan inspirasi untuk peduli kepada sesama dan masyarakat di sekitarnya.
Baca: A Man Called Ahok Tembus 1 Juta Penonton, Ahok Kirim Ucapan
Menurut Djarot, dalam film itu, nilai-nilai yang ditanamkan orang tua Ahok sangat patut dicontoh. "Bagaimana nilai-nilai itu ditanamkan oleh orang tuanya (Ahok) akan peduli membantu sesamanya tanpa membedakan satu dengan yang lain," ujar
Djarot dalam rangkaian Safari Kebangsaan PDIP di Lamongan, Jawa Timur pada Ahad, 18 November 2018.
Djarot berharap, nilai kepedulian yang tercermin dalam film tersebut, bisa menginspirasi dan kian menumbuhkan optimisme membangun indonesia yang lebih baik lagi. "Film ini bentuk apresiasi masyarakat terhadap karya seni, muatannya betul-betul industri kreatif. Saya sangat berterima kasih atas karya ini," ujar Djarot.
Film A Man Called Ahok ini mengangkat sisi lain dari kehidupan Ahok. Film yang sudah menjalani press screening pada Senin, 5 November 2018, itu mengisahkan bagaimana kedermawanan sang ayah, Tjoeng Kiem Nam, mampu meredam watak keras Ahok di kampung halamannya di Gantung, Belitung Timur.
Film A Man Called Ahok. Istimewa
Sepanjang film, kedermawanan Tjoeng kerap ditonjolkan. Pemilik CV Sinar Karya --usaha tambang timah—itu tak sungkan membantu warga Gantung yang datang ke rumahnya. Dalam menjalankan usaha, Tjoeng lebih memprioritaskan nasib karyawan, ketimbang mengejar profit.
Baca: Beda Pandang Dua Adik Ahok Soal A Man Called Ahok
Kedermawanan itu diajarkan Kiem kepada anak-anaknya termasuk Ahok, sedari kecil. Beberapa adegan menunjukkan bagaimana Kiem menyampaikan nilai melalui perbuatan. Dalam film ini ditunjukkan, betapa Ahok banyak meniru sifat teladan dari ayahnya.
Selepas ayahnya wafat, Ahok yang memimpin perusahaan. Dia berhadapan langsung dengan "maling" yang membuatnya merasa tak cukup hanya dengan menjadi pengusaha. Ahok ingat pesan Tjoeng: Orang kaya kalah oleh penguasa.
Ahok lantas memutuskan terjun ke politik, sebagai anggota DPRD Belitung Timur. Namun, menjadi anggota Dewan saja tidak cukup membuat dia mampu memberantas "maling". Dia kemudian mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur dan terpilih. Bahkan, dalam perjalanan hidupnya Ahok kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta.