INFO NASIONAL - Pemerintah seakan-akan tengah berlari untuk meningkatkan tenaga listrik di seluruh negeri demi memenuhi target menyediakan 35.000 Mega Watt. Sampai kuartal ketiga tahun 2018 ini, hanya 3 persen dari program 35.000 Mega Watt ini yang tegolong dalam tahap perencanaan. Selebihnya, ada 7 persen yang sudah beroperasi, 6 persen dalam proses pengadaan, 50 persen dalam konstruksi, dan 34 persen yang kontraknya sudah diteken, tapi konstruksi belum dimulai.
Program yang bertujuan untuk memenuhi ketersediaan listrik di daerah-daerah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional melalui pemerataan jaringan listrik, yang pada aKhirnya melahirkan pusat-pusat industri baru khususnya di luar Jawa, Madura dan Bali. Dan sekaligus mengatasi masalah kekurangan pasokan daya di daerah-daerah yang statusnya defisit listrik.
Program elektrifikasi yang dilahirkan untuk menjawab defisit listrik yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada Juli 2006 –di bawah Presiden Soesilo Bambang Yidhoyono--ini mendapatkan momentum ketika pemerintahan Presiden Joko Widodo yang melanjutkannya pada Mei 2015. Elektrifikasi yang disebut Fast Tract Program (FTP) yang digenjot Yudhoyono itu lalu berlanjut dengan target nyaris tak terbayangkan sebelumnya: 35.000 MW.
Segala upaya dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kekhawatiran defisit listrik di masa depan. Mulai dari penerbitan aturan untuk pembebasan lahan yang kerap jadi hambatan, kebijakan revaluasi aset dan skema pendanaan, serta membuka kesempatan lebih banyak lagi untuk swasta berpartisipasi membangun pembangkit. Hingga awal Februari 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan dalam tahap konstruksi sebesar 17.116 MW.
"Peningkatan ini tak lepas dari kontribusi pembangkit listrik PLN maupun Independent Power Producer (IPP)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi. Sejauh ini, sebesar 896 MW dari total 1.362 MW yang beroperasi dihasilkan dari IPP, sementara 466 MW dibangun oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sejauh ini pembangkit yang beroperasi tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW, disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 108 MW.
Ya, soal daerah yang defisit listrik, solusi sementaranya adalah menyewa kapal pembangkit MVPP untuk mengaliri setrum ke daerah tersebut, sambil menunggu rampungnya pembangunan pembangkit. Kondisi pun mulai membaik, dari puluhan daerah yang berstatus siaga dan belasan yang berstatus defisit per 2016 tersisa 14 wilayah yang siaga listrik dan 5 wilayah yang defisit.
Untuk info lebih lanjut silahkan ke www.den.go.id. (*)