TEMPO.CO, Jakarta-Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK menerima kedatangan 74 peserta kirab pemuda 2018 yang telah mengelilingi 34 provinsi di Indonesia, Rabu, 14 November 2018. Dalam sambutannya JK mengatakan bahwa selama 73 hari mereka berkeliling tentu banyak hal positif yang bisa didapatkan.
"Pertama tentu anda mengenal bahasa, budaya, kegiatan yang berbeda. Tentu juga anda mengenal melihat betul kekayaan alam kita yang begitu besar," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta.
Baca: Kirab Pemuda 2018 Kemenpora, Diawali dari Sabang.
JK menuturkan dengan sering-sering melihat alam Indonesia, para pemuda akan semakin mengenal dan mencintai bangsa Indonesia. "Maka tadi dikatakan dari mata turun ke hati. Dengan melihat maka mengetahui, baru tahu bagaimana besar negeri ini dan bagaimana kita mempunyai suatu kekuatan," katanya.
JK meminta para pemuda yang melakukan kirab jangan hanya sekedar berkeliling dan menikmati perjalanan. Tapi mereka juga dianjurkan untuk menyemangati pemuda lainnya. Sebab, semangat yang kuat dibutuhkan untuk kemajuan sebuah bangsa. "Semangat untuk maju, semangat untuk belajar, semangat untuk berbuat, untuk menginovasi. Itu yang penting," kata dia.
Baca: September - November Kemenpora Gelar Kirab Pemuda di 34 Provinsi
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menambahkan, acara kirab pemuda diikuti 74 pemuda yang mewakili 34 provinsi. Kirab dilakukan sejak 5 September hingga 15 November 2018. Mereka telah melintasi 34 provinsi dan 100 kabupaten kota selama 73 hari.
Penyelenggaraan kirab pemuda merupakan perjalanan napak tilas pemuda dengan tujuan meningkatkan persatuan dan patriotisme pemuda selaras dengan bhineka tunggal ika, dengan terus mempromosikan kreatifitas, budaya, keagungan dan potensi pemuda. "Kita dorong agar terkondisi dengan langkah-langkah inovatif, kreatif dan menuju masa depan Indonesia lebih baik," kata Imam.
Imam menuturkan, selama lima hari berada di titik singgah, para pemuda bermalam di rumah penduduk. Mereka kini memiliki 1.550 bapak dan ibu angkat di masing-masing provinsi. "Tahun 2017, mereka bermalam di hotel-hotel. Tapi 2018 mereka bermalam di homestay, rumah penduduk, agar lebih kuat lagi rasa persaudaraan dan kita belajar menjadi calon bapak atau ibu rumah tangga," ujarnya.