TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masjid-masjid di setiap kampus menjadi harapan Islam Indonesia, yaitu moderasi wasathiyah (pertengahan). "Jangan masjid kampus disisipi paham-paham yang radikal," kata JK dalam workshop nasional Asosiasi Masjid Kampus Indonesia di Kementerian Ristek Dikti, Jakarta, Sabtu, 10 November 2018.
Baca: JK: Pemerintah Kaji Urgensi Pembentukan Mahkamah Penerbangan
Baca Juga:
JK mengatakan, masjid kampus yang baik akan menjadi contoh bagi masjid di sekitarnya. Sebab, masjid berpengaruh dalam meningkatkan karakter seseorang. Karena itu, ia berharap masjid di kampus tidak keluar dari garis Islam wasathiyah.
JK mempersilakan umat Islam untuk fanatik asalkan pahamnya tidak radikal untuk kepentingan yang salah. Misalnya, menumbuhkan jenggot, memakai celana di atas mata kaki. "Fanatik itu saya ingin beribadah menjalankan syariah begini. Kalau radikal ya keluar dari garis wasathiyah, keluar dari garis tengah dan lebih malah kadang-kadang merusak," katanya.
Selain membawa pengaruh terhadap karakter, JK berharap masjid di kampus juga memberikan motivasi bagi mahasiswa. Ia ingin agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu melalui mata kuliah agama di kampus. Tetapi juga mendapat ilmu melalui ceramah atau kutbah di masjid.
"Tak usah diseragam khutbah. Tapi bulan Januari bicara aqidah, Februari tentang ibadah, keilmuan, bulan tertentu bicara muamalah. Jadi terfokus semuanya kalau masjid di kampus sama kurikulum. Di mana pun pergi dapat suatu ilmu dan pengetahuan bertingkat-tingkat," katanya.
Simak: Peluang Jadi PNS Kecil, JK Sarankan Kaum Muda Jadi Wirausahawan
Jusuf Kalla juga senang bahwa belakangan ini keimanan dan keagamaan masyarakat di Indonesia meningkat, khususnya di kampus. Hal itu, kata JK, terlihat dari banyaknya mahasiswi yang mengenakan jilbab. Selain itu, kata JK, beberapa waktu lalu, sebagian besar pegawai eselon 1 yang naik pangkat menjadi direktur jenderal kementerian juga perempuan yang mengenakan jilbab. "Itu suatu tanda bagaimana keimanan jauh lebih baik daripada dulu," kata dia.