INFO MPR - Dua ideologi transnasional yang membonceng kemajuan teknologi informasi terus bekerja secara masif menghancurkan generasi muda Indonesia. Jika generasi muda sebagai aset bangsa sudah rusak pikirannya, pupuslah harapan bangsa Indonesia memiliki pemimpin masa depan yang baik pada masa mendatang.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Basarah saat memberikan ceramah kebangsaan dan Pancasila kepada 350 siswa dan siswi sekolah menengah umum (SMU, sekolah menengah kejuruan (SMK), serta guru mata pelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR melalui seminar bertajuk “Pemuda dan Tantangan Membumikan Pancasila di Zaman Now” di Hotel Selecta, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa, 6 November 2018.
"Karena itulah, diperlukan filter kuat terhadap ideologi transnasional tersebut. Mengapa ikan di laut tidak asin rasanya? Karena, ikan memiliki insang yang merupakan filter. Begitu juga dengan generasi muda harus memiliki filter, memiliki saringan agar ideologi transnasional tidak mudah masuk dan mempengaruhi pola pikir generasi muda," ujar legislator asal daerah pemilihan Malang Raya tersebut.
Basarah menjelaskan, kedua ideologi besar tersebut adalah liberalisme dan fundamentalisme pasar serta fundamentalisme agama. Keduanya telah nyata-nyata bekerja di Indonesia. Paham fundamentalisme yang bersumber dari paham individualisme dan liberalisme, yamg menegaskan kepentingan komunal juga mengedepankan kepentingan individu. Salah satu bekerjanya ideologi liberalisme adalah adanya kampanye LGBT serta ernikahan sejenis atas nama hak asasi manusia.
"Tren dunia menunjukkan sudah ada 10 negara dunia yang melegalkan pernikahan sejenis, bahkan fenomena di Malang sendiri dengan jelas di jejaring sosial bergentayangan akun-akun dan grup yang vulgar mempertontonkan aktivitas LGBT," katanya.
Sosialiasi Empat Pilar dibuka Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, perwakilan Pepabri, perwakilan Veteran, perwakilan Dewan Harian Nasional cabang Kota Batu 45, tokoh agama, tokoh masyarakat, 350 siswa-siswi SMA, SMU, dan SMK se-Kota Batu, juga 54 guru pendamping pengajar mata pelajaran PPKN. (*)