INFO NASIONAL - Wakil Presiden Indonesia ke-6 Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno mengungkapkan, bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijalani bangsa Indonesia sejak era kemerdekaan hingga saat ini sangat penuh dengan tantangan. Tantangan bangsa tersebut berasal dari luar (pengaruh global) dan internal. Di era kekinian, tantangan tersebut semakin besar, salah satunya makin lunturnya semangat nasionalisme.
“Banyak sekali sebab yang menjadi potensi melunturnya semangat nasionalisme. Namun yang perlu diingat adalah, sekecil apa pun potensi yang mengarah kepada lunturnya semangat nasionalisme seperti ada kelompok yang tidak konsisten lagi dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, jangan dianggap enteng. Mesti kita selamatkan dan mesti dicari konsepnya untuk kita perbaiki lagi,” ujarnya dalam Rapat Pleno ke-51 Lembaga Pengkajian (Lemkaji) MPR RI, di Ruang GBHN, Gedung Nusantara V, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin, 5 November 2018.
Baca Juga:
Berbagai tantangan bangsa tersebut, lanjutnya, adalah ujian besar bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia pandai menjawab berbagai tantangan bangsa dan lulus menghadapinya, bagaimanapun beratnya, maka tantangan-tantangan tersebut akan semakin membuat bangsa Indonesia makin kuat, dan pada akhirnya akan semakin berkembang menuju kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
“Jika kita mampu seperti itu, mampu menjawab dan lulus dari berbagai tantangan bangsa, maka Insya Allah pada tahun 2045 saat kita memperingati 100 tahun Indonesia merdeka, mudah-mudahan di saat itu Indonesia sudah menjadi negara yang kita cita-citakan,” ujarnya.
Dikatakan Try Sutrisno, untuk bisa menuju ke arah itu, maka solusinya adalah bangsa ini harus mengedepankan persatuan dan kesatuan, menyatukan visi dan misi serta tujuan bangsa. Dua hal yang bisa mewujudkan hal tersebut adalah menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme di dada segenap rakyat Indonesia.
Baca Juga:
“Kita ambil pengalaman pada masa perjuangan dahulu, betapa masing-masing daerah secara sporadis melawan penjajah dengan sekuat tenaga, tapi selalu berhasil dipatahkan penjajah. Apa masalahnya? Ternyata para pemuda kita dahulu menyadari, perlawanan kepada penjajah selalu gagal karena dilakukan sendiri-sendiri. Tidak ada persatuan dan kesatuan,” ucapnya.
Penyatuan kekuatan dan semangat seluruh rakyat Indonesia, lanjut Try Sutrisno, menjadi hal yang sangat penting dan pada kenyataannya berhasil. Berbagai upaya untuk menyatukan bangsa Indonesia digagas dan dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berkumpulnya seluruh pemuda dari berbagai wilayah Indonesia, dan mendeklarasikan sumpah yang fenomenal dan menjadi titik balik munculnya rasa nasionalisme serta patriotisme yakni Sumpah Pemuda.
Semangat nasionalisme dan patriotisme yang mengkristal inilah yang melahirkan Sumpah Pemuda. Kemudian bertransformasi menjadi nilai-nilai yang sangat strategis dan ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia. “Dari sinilah saya mengajak seluruh rakyat untuk selalu mengaktualisasi nilai-nilai Sumpah Pemuda. Karena jika tidak, kita akan menjadi lengah. Satu lagi, saya mengajak, marilah kita sama-sama tidak menganggap wacana nasionalisme hanya sebatas obrolan rutin belaka, tapi jadikanlah slogan yang harus benar-benar kita isi dan bina melalui berbagai metode, aspek, media dan jalur, serta di mana saja sampai lingkup yang terkecil yakni rumah tangga,” ucapnya.
Rapat Pleno Lemkaji MPR RI ke-51 dengan topik pembahasan soal “Nasionalisme, Kewarganegaraan dan Human Right” dengan menampilkan narasumber khusus Try Sutrisno ini sendiri, berlangsung selama setengah hari dan dihadiri oleh para Pimpinan Lemkaji antara lain Rully Chairul Azwar, Ahmad Farhan Hamid, Jafar Hafsah, Syamsul Bahri, serta para anggota Lemkaji MPR RI.
Dalam penjelasannya, Ketua Lemkaji MPR Rully Chairul Azwar mengatakan bahwa pleno tersebut adalah dalam rangka menjalankan tugas Lemkaji MPR dalam memberikan masukan, pertimbangan atau saran terkait sistem ketatanegaraan kepada MPR RI. Selain itu juga melakukan pengkajian sistem ketatanegaraan serta melakukan proses untuk mengantisipasi dinamika aspirasi masyarakat yang berkembang terus terutama terhadap konstitusi Indonesia. (*)