TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Basarnas Special Group (BSG), Riqi Efendi (26 tahun), tak menyangka Jumat, 2 November 2018, menjadi hari terakhirnya bertatap muka dengan penyelam sipil dari Indonesia Diver Rescue Team Syahrul Anto. Syahrul yang gugur dalam operasi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang itu dikenal cukup populer dan komunikatif.
Baca: Cerita Penyelam Syahrul Anto Evakuasi Korban Pesawat Jatuh
"Om Syahrul itu tenar di BSG. Dia banyak mengobrol dan memberi motivasi kepada kami," kata Riqi di International Container Terminal (JICT) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, 5 November 2018.
Riqi bersemuka pertama kali dengan Syahrul dalam operasi besar pencarian korban dan bangkai pesawat AirAsia pada Desember 2014 lalu. Kala itu, Syahrul bekerja untuk kemanusiaan bersama Basarnas selama dua bulan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan Selat Karimata. Pria 48 tahun itu tak diragukan lagi soal penyelaman. Menurut Riqi, dia sosok yang rigid dengan standard operasi penyelaman.
Riqi mengaku, hampir semua anggota BSG mengenal nama Syahrul. Mereka menjuluki Syahrul dengan panggilan 'om'. Dia dipandang sebagai sosok senior untuk anggota BSG yang rata-rata berusia 26 hingga 30-an tahun.
Begitu juga untuk anggota BSG lainnya, Taufiq Mujiono, 31 tahun. Taufiq turut menjuluki sosok penyelam sipil itu dengan panggilan 'om'. Dalam obrolan bersama Tempo di tepi dermaga JICT selama 30 menit pada Senin pagi, ia mengisahkan bertemu dengan Syahrul di operasi SAR pencarian korban terdampak gempa dan tsunami Palu, September hingga Oktober lalu.
Baca: Tragedi Lion Air, Penyelam yang Meninggal Dapat Penghargaan
Kala itu, di tenda Basarnas, sosok Syahrul begitu disorot. Ia tak mengobrol banyak dengan Syahrul kala itu. Namun, dia tahu pasti bahwa sosok Syahrul tenar. Sebab, nama Syahrul tak asing lagi untuk para anggota BSG dan tim operasi bencana.
"Om Syhahrul itu gabung di potensi SAR. Dia orangnya semangat terus dan jiwa relawannya enggak diragukan lagi," ujar Taufiq. Baik Taufiq maupun Riqi, sudah menduga akan ketemu Syahrul di operasi Lion Air JT 610. Namun, mereka tak mengira dengan akhir cerita kegiatan kemanusiaannya.
Ketika Syahrul mengalami kecelakaan penyelaman, Riqi dan Taufiq sedang berada di kapal Basarnas di perairan Tanjung Karawang. Keduanya menceritakan, Jumat malam itu menjadi petang yang pilu. "Anggota kami gugur satu," kata Riqi. Nada suaranya rendah. Ia berbicara sambil menerawang.
Riqi ingat, hampir semua orang yang kenal dengan Syahrul menangis kala itu.
Dia pun langsung terbayang kejadian pagi saat Syahrul hendak beranjak menyelam. "Ingat betul, kami sempat sama-sama menengok isi tabung," ujarnya.
Gugurnya Syahrul di medan operasi kemanusiaan menjadi motor penggerak semangat bagi BSG. Paling tidak, untuk Riqi dan Taufiq. Sejak peristiwa kecelakaan penyelaman Syahrul terjadi, keduanya makin bergiat memompa semangat. "Ada sesuatu yang makin menggerakkan kami," kata Taufiq, menimpali.