TEMPO.CO, Jakarta - Pidato Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, di Kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menuai kontroversi. Prabowo menyebut 'tampang Boyolali' pada pidatonya tersebut, akibatnya hal ini cukup berbuntut panjang.
Baca: Tim Pemenangan Prabowo - Sandiaga Memboikot Sementara Metro TV
Prabowo pada saat itu berpidato saat meresmikan Kantor Badan Pemenangan Prabowo Sandi, Ahad 30 Oktober 2018. Persoalan membesar pada saat pidatonya diunggah di platform berbagi video YouTube dan kemudian viral.
Tampang Boyolali disebutkan Prabowo dalam konteks pembicaraan kemiskinan di Indonesia. Ia membandingkan timpangnya ekonomi di Indonesia. Ia melihat pertumbuhan di Jakarta, sangat berbeda dengan daerah lain, indikatornya banyak gedung tinggi, termasuk hotel-hotel ternama dunia.
Prabowo kemudian menyebut "dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul? Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang Kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini."
Prabowo gusar dengan viralnya pidato ini. Meski tidak secara khusus menyebut Boyolali, ia merasa ruang geraknya dibatasi. "Jangan bicara ekonomi, tidak boleh bercanda, istilah emak-emak tidak boleh. Jadi sekarang saya bingung mau bicara apa," kata dia.
Berikut naskah pidato Prabowo Subianto di Boyolali berdasarkan video yang diunggah oleh Gerindra TV.
"Salam sejahtera bagi kita sekalian. Marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Maha Besar, kita masih diberi kesehatan, diberi nafas, untuk bertatap muka pada siang yang baik ini di depan posko pemenangan koalisi adil makmur dalam rangka pemilihan umum tahun 2019 yang akan datang.
Di mana saya Prabowo Subianto dan saudara Sandiaga Uno mendapat kehormatan dan kepercayaan dari masyarakat Indonesia yang diwakili oleh empat partai politik besar.
Partai Amanat Nasional, partai bersejarah yang pernah memimpin reformasi di negara dan bangsa kita tahun 1998. Partai Keadilan Sejahtera, partai yang selalu setia membela kepentingan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan dan kepentingan umat Islam di Indonesia.
Partai Demokrat yang telah melahirkan seorang Presiden Republik Indonesia, yang telah memimpin bangsa Indonesia 10 tahun dengan adem ayem, dengan tenang, dengan sejuk, dengan stabilitas dan tentunya Partai Gerakan Indonesia Raya, partai saya sendiri.
Tapi saya merasa bahwa tidak hanya empat partai tersebut, yang mendukung saya dan mengusung saya. Saya dimana-mana didatangi oleh berbagai kalangan ormas-ormas, sayap-sayap sebagai contoh para Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya.
Singa-singa tua yang turun dari gunung untuk membela negara dan bangsa kita walaupun mereka mungkin giginya sudah ompong. Giginya ompong semangatnya masih menyala, tapi terutama yang saya rasakan adalah dukungan dari emak-emak yang militan. Emak-emak ini militan. Mereka berani.
Saudara-saudara sekalian, kita menamakan diri koalisi adil makmur. Kenapa, karena keadilan dan kemakmuran adalah cita-cita pendiri bangsa republik Indonesia. Keadilan dan kemakmuran adalah tujuan kita merdeka. Keadilan dan kemakmuran adalah tujuan kita mendirikan republik Indonesia saudara-saudara sekalian.
Dan dirasakan sekarang saudara-saudara yang merasakan, sekarang saya bertanya kepada saudara-saudara sekalian apakah saudara-saudara sudah merasa adil, sudah merasa makmur.
Saudara-saudara, saya hari ini didampingi, ditemani oleh Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Pak Zulkifli Hasan. Tapi beliau juga kebetulan adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, ketua MPR RI pemegang perwakilan rakyat yang tertinggi di Republik Indonesia.
Saya juga didampingi oleh tokoh Jawa Tengah dan tokoh TNI yaitu mantan Gubernur Jawa Tengah Letnan Jenderal TNI Purnawirawan H Bibit Waluyo. Saudara-saudara di Jawa Tengah yang lebih tahu bagaimana seorang Bibit Waluyo itu. Orang gubernur yang bekerja keras untuk rakyat, untuk petani, untuk nelayan, untuk wong cilik di seluruh Jawa Tengah.
Bagian berikutnya, Prabowo mulai menyinggung masalah ekonomi dan tampang Boyolali