TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary AirNav Indonesia, Didit Radityo, mengatakan Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional atau Basarnas mendapatkan apresiasi dari luar negeri atas penemuan bangkai pesawat Lion Air JT-610.
Baca: Cerita Kepala Basarnas Soal Penyelam Gugur Cari Lion Air JT 610
"Basarnas mendapat apresiasi dari luar negeri karena kecepatan dia menemukan lokasi bangkai pesawat," kata Didit dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu, 3 November 2018.
Didit mengatakan, apresiasi itu bukan hanya pada penemuan kasus Lion Air, tapi juga kecelakaan AirAsia beberapa tahun yang lalu. "Dengan melihat tingkat kesulitan malah Basarnas mendapat apresiasi atas kecepatan tersebut," ujarnya.
Menurut Didit, tidak mudah menemukan bangkai pesawat dalam waktu cepat di titik awal radius lokasi hilang kontak pesawat. Sebab, area tersebut sangat besar. Belum lagi, kata dia, kondisi kedalaman perairan, apakah ada lumpur atau tidak. Faktor tersebut lah yang mempengaruhi deteksi sonar maupun pemancaran trasmitter dalam mencari badan pesawat.
Baca: Kepala Basarnas Sebut Penyelam Meninggal Relawan Berdedikasi
Selain itu, Didit menuturkan, Basarnas juga bergerak cepat ketika petugas bandara melaporkan adanya lost contact pesawat Lion Air rute Jakarta - Pangkalpinang itu pada 06.50 WIB. "Mereka langsung cepat menuju lokasi," kata dia.
Sebelum terjadi kecelakaan, pesawat Lion Air hilang kontak pada Senin, 29 Oktober 2018, puul 06.33 WIB. Pesawat dengan penerbangan JT610 itu berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada pukul 06.20 WIB dan dijadwalkan tiba di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, pukul 07.20 WIB.
Petugas bandara kemudian melaporkan kontak pertama terjadi pukul 06.33 WIB dan kontak terakhir pukul 06.51. Namun, hingga pukul 09.00 pesawat yang berangkat dari Jakarta tersebut belum tiba di lokasi tujuan. Pesawat yang mengangkut 181 penumpang dan 7 awak kabin itu kemudian tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E.