INFO NASIONAL - Program Inovasi Desa menjadi isu utama pada talkshow dan workshop bertajuk Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemberdayaan Masyarakat Lebak Banten, di Islamic Center Bayah, Selasa, 30 Oktober 2018.
“Tema talkshow ini sejalan dengan pesan Bapak Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan baik Di Deli Serdang maupun di Bali. Presiden dengan tegas menyatakan Dana Desa harus bisa menyejahterakan masyarakat, harus bisa bergeser bukan lagi isu infrastruktur tapi pemberdayaan masyarakat,” kata Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) M. Fachri saat membuka acara.
Baca Juga:
M. Fachri menyadari kondisi di setiap wilayah Indonesia berbeda. Jika Lebak masih terkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur, ia memaklumi. Sebagai informasi, kabupaten ini memiliki 340 desa, 122 di antaranya terdata sebagai desa tertinggal. Namun, ia menekankan agar agar proyek infrastruktur itu punya daya ungkit ekonomi yang dapat menyejahterakan masyarakat.
“Kami punya banyak dokumen pembelajaran infrastruktur yang akhirnya meningkatkan daya ekonomi masyarakat desanya,” ujar M. Fachri. Contohnya lapangan sepak bola bertaraf internasional di Desa Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya.
Penggunaan Dana Desa untuk membangun arena bermain ‘si kulit bundar’ awalnya dipertanyakan pihak Kemendes PDTT. Namun, setelah dibeberkan ada dua klub sepak bola menyewa setiap hari, dengan biaya sewa Rp 500 ribu per klub, dan klub lain terpaksa masuk waiting list selama dua bulan, kisah Desa Cisayong kini viral. “Artinya desa tersebut punya income Rp 1 juta setiap hari, lalu kalikan saja 60 hari,” ucap M. Fachri sumringah.
Baca Juga:
Paparan ihwal pentingnya inovasi ini disetujui Dr Rusito, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak kini turut meluncurkan Program Inovasi Desa. Diharapkan, 125 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ada di Lebak, bukan satu-satunya lembaga yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat. Tapi tim penggerak PKK hingga karang taruna, sebaiknya juga ambil bagian untuk mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat.
“Kalau kita hanya meneruskan rutinitas bantuan Dana Desa, setiap tahun desa akan menuntut terus. Lebih baik kita beri perahu daripada ikan. Bantuan Dana Desa adalah stimulan, jika dikembangkan untuk wirausaha nantinya sanggup memberi pemasukan pada desa itu sendiri,” kata Rusito.
Paparan M. Fachri dan Rusito menjadi jawaban atas keinginan Asisten Daerah I Kabupaten Lebak, Alkadri, yang hadir mewakili Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya. Dalam sambutannya, Alkadri menjelaskan pembangunan fisik di Lebak sebesar 60 persen, kegiatan masyarakat 30 persen, dan sisanya 10 persen untuk pemberdayaan masyarakat.
Menurut Alkadri, kucuran dana tahun depan sebanyak Rp 1,2 hingga Rp 1,4 miliar sebenarnya tak cukup.”Kalau di tiap desa ada empat pengusaha maka masing-masing memperoleh Rp 300 juta. Jujur saja, itu kurang dengan kondisi saat ini,” ucapnya. Maka, ia berharap setelah talkshow dan workshop ini akan berlanjut dengan bahasan lebih mendalam yang sanggup mendorong semua kepala desa melahirkan ide inovatif untuk memberdayakan masyarakat di wilayahnya masing-masing.
Sementara Deden Mauli Darajat, Peneliti pada Program Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Jakarta (UIN) mengingatkan agar penggunaan dana bantuan untuk desa jangan melupakan pentingnya pengawasan. “Munculnya aplikasi Siskeudes adalah upaya komprehensif, tapi menurut saya masih sulit dipahami. Terpenting saat ini adalah masyarakat tahu salurannya ke mana jika ada penyimpangan,” kata Deden.
“Dana Desa sudah hadir sejak 2015, itu ideal karena mendatangkan banyak perubahan. Namun, yang juga penting yakni SDM dan pengawasan. Mengapa? Jika dua ini tidak dilaksanakan maka Dana Desa bukannya anugerah tetapi justru menjadi musibah.” (*)