TEMPO.CO, Karawang - Waktu tepat menunjukan pukul 20.00 ketika Rohidin, anggota Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dari Bandung, ini menghentikan wawancara dengan Tempo. Padahal, sesi tanya jawab seputar persiapan mencari puing Lion Air JT 610 baru berjalan beberapa menit.
Baca: Cerita Warga Dengar Bunyi Dung saat Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh
"Saya harus makan tepat waktu," kata Rohidin, di Pantai Pakis Jaya, Karawang, Senin, 29 Oktober 2018. Rohidin pun pamit untuk makan malam bersama teman-temannya. "Sebab besok (hari ini) harus menyelam 30 meter."
Pantai Pakis Jaya merupakan salah satu titik berkumpulnya para anggota Basarnas yang akan mencari dan mengevakuasi korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh pagi kemarin. Pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang yang mengangkut 188 penumpang ini menghilang dari radar 13 menit setelah lepas landas pada pukul 06.20 WIB. Sejatinya, Lion Air JT 610 tiba di Pangkalpinang pukul 07.10 WIB.
Setelah rampung makan malam, Rohidin langsung memeriksa alat-alat selam yang akan ia gunakan. Menurut Rohidin, makan tepat waktu merupakan salah satu persiapan sebelum bertugas agar tubuh tetap fit. Sebenarnya, penyelaman Lion Air JT 610 ini menjadi pengalaman pertama bagi dia. Namun, Rohidin mengatakan tidak gugup.
Menurut Rohidin, tantangan terbesar dari evakuasi penyelaman kali ini adalah laut yang sudah tercemar avtur, bahan bakar pesawat. Dengan kondisi ini, setiap penyelam hanya diizinkan turun sampai paling lama 30 menit.
Simak juga: Tiga Jaksa Korban Lion Air JT 610 Hendak Upacara Sumpah Pemuda
Rohidin nampak telaten menyiapkan empat set alat penyelaman. Ia berkali-kali mengontrol kapasitas udara. Tangannya memompa, memastikan angka di kadar kontrol, dan mengecek selang-selang alat penyelaman itu. "Soalnya besok (hari ini) berangkat jam 7 pagi," kata dia. "Saya punya target bisa menemukan badan pesawat Lion Air JT 610 tiga hari."