TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengeluhkan kebiasaan masyarakat Indonesia yang jarang mengapresiasi prestasi pemerintah. Ketimbang membicarakan prestasi, Jokowi melihat masyarakat lebih suka membicarakan kekurangan pemerintah meski skalanya kecil.
Baca: Jokowi Mengaku Keceplosan soal Politikus Sontoloyo
Jokowi mencontohkan saat perhelatan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 beberapa waktu lalu. Meski prestasi Indonesia meroket dan penyelenggaraannya sukses namun yang menjadi topik hangat pembicaraan justru penggunaan pemeran pengganti (stuntman) saat adegan ekstrem Jokowi dalam pembukaan Asian Games 2018.
"Kalau yang bagus-bagus itu pada diem gitu, kalau keliru sedikit demonya tiga bulan di depan Istana," katanya di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 24 Oktober 2018.
Contoh lainnya, kata Jokowi, tidak ada yang bertanya kepadanya soal mengapa prestasi Indonesia di Asian Games dan Asian Para Games 2018 bisa melonjak. Seperti diketahui posisi Indonesia dalam Asian Games ada di peringkat ke-4 dan saat Asian Para Games di posisi ke-5.
"Kok bisa itu ranking 4 itu gimana caranya? Biasanya rangking 17. Itu (kalau) ditanya saya bisa terangin tapi enggak pernah ada yang tanya, ya saya enggak terangin," kata dia.
Simak juga: Timses Klaim Jokowi Sudah Unggul Survei Internal di Jawa Barat
Menurut Jokowi, hal ini tak terlepas dari suasana di Indonesia yang sudah masuk tahun politik. Sehingga segala hal yang terjadi selalu dikaitkan dengan politik, termasuk penggunaan stuntman yang oleh oposisi digoreng bahwa Jokowi tidak jujur. "Lah ini kan hiburan, pertunjukan. Masa apa-apa dimasukkan ke politik? Mbok yang diramaikan yang tadi, yang prestasi," kata Jokowi.