TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei lembaga sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan kasus kabar palsu Ratna Sarumpaet populer dengan angka 57,2 persen responden mengatakan pernah mendengar berita ini. Sebanyak 89,5 persen responden ini mengaku tidak suka dengan apa yang dilakukan Ratna.
"Mayoritas responden mengaku khawatir dengan maraknya hoax," kata Direktur Eksekutif LSI Denny JA dalam keterangannya, Selasa, 23 Oktober 2018.
Baca: Survei: Hoax Ratna Sarumpaet, Prabowo Ditinggal Pemilih Sarjana
Hasil survei LSI menunjukkan angka 75 persen yang mengatakan khawatir dan hanya 8,7 persen yang mengatakan tidak khawatir, 16,3 persen sisanya menjawab tidak tahu. Sebanyak 74,5 persen responden mengaku ingin sosial media bersih dari kabar palsu, 10,3 persen tidak setuju, dan 15,2 persen mengatakan tidak tahu.
Hoax yang dilakukan oleh aktivis yang vokal pada reformasi 1998 ini berdampak pada elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Data LSI menunjukan ada sekitar 17,9 persen responden survei yang mengatakan lebih tidak mendukung Prabowo-Sandiaga, 11,6 persen memilih lebih mendukung, 49,8 persen sama saja, dan 20,7 persen tidak tahu, pasca kasus hoax Ratna.
Pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin masih unggul dengan hasil 57,7 persen, sedangkan 28,6 persen untuk Prabowo-Sandiaga. "Efek elektoral hoax bukan mengurangi dukungan ke Prabowo tapi yang belum memutuskan pilihan cenderung memilih Jokowi," kata Denny.
Baca: Survei: Pasca-Hoax Ratna Sarumpaet, Jokowi Makin Ungguli Prabowo
Dukungan Jokowi-Ma'ruf bertambah dari 53,2 persen di bulan September, menjadi 57,7 persen pada Oktober. Sedangkan Prabowo-Sandiaga cenderung stagnan dengan 29,2 persen pada September menjadi 28,6 persen pada Oktober.
Sebelumnya Ratna mengaku telah menjadi korban pengeroyokan di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat pada 21 September 2018. Kabar bohong ini sempat dikonfirmasi oleh beberapa politisi, seperti Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Prabowo sendiri turut memberikan pernyataan mengenai pemukulan yang diklaim oleh Ratna, ia bahkan sempat
mengatakan bahwa tindakan terhadap Ratna adalah tindakan represif dan melanggar hak asasi manusia.
Pada 3 Oktober 2018, Ratna mengakui kabar pemukulan ini sebetulnya hanya hoax. Hal yang sebetulnya terjadi pada 21 September 2018 mendatangi rumah sakit bedah untuk menjalani operasi sedot lemak di pipi, pulang dalam kondisi wajah yang lebam.
Penelitian ini dilakukan LSI pada 10-19 Oktober 2018. Dengan jumlah responden 1.200 orang, yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner, dengan margin of error kurang lebih sebesar 2,8%. Data ini dilengkapi dengan Focus Group Discussion (FGD), analisis media, dan wawancara mendalam.
Baca: Survei: Elektabilitas Prabowo Tergerus Kasus Hoax Ratna Sarumpaet