TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI akan melakukan pengawasan sekolah-sekolah darurat untuk memastikan pemenuhan hak pendidikan anak-anak terdampak gempa dan tsunami Palu terpenuhi.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan Tim Pengawasan turun pada 20-22 Oktober 2018 ke sekolah-sekolah dan dua lokasi pengungsian yang memiliki tenda sekolah darurat. "Untuk kepentingan psiko-sosial terhadap anak-anak pengungsi," kata dia dalam keterangannya Senin, 22 Oktober 2018.
Baca: Gempa Palu, Kemendikbud Bangun 333 Sekolah Darurat
KPAI mengunjungi posko pendidikan yang terletak di halaman LPMP Sulawesi Tengah pada Sabtu, 20 Oktober lalu. Setiba di posko pendidikan, KPAI langsung menghadiri rapat koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah, Kadisdik kota Palu, Kadisdik Kabupaten Donggala, Kadisdik Kabupaten Sigi, KPPPA KERLIP, dan Unicef.
Agenda rapat koordinasi membahas tentang distribusi 246 tenda kelas darurat dan 80 persen tenda sudah berdiri dengan bantuan relawan. Pihak sekolah juga sempat dilatih mendirikan tenda kelas darurat di posko pendidikan.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan pihak sekolah nantinya dapat memasang dan membongkar tenda sesuai situasi dan kondisi, mengingat kebutuhan tenda kelas darurat sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencapai 1.560 tenda. "Sementara yang tersedia hingga 22 Oktober baru 246 tenda," kata Retno.
Baca: Gempa Palu, 2.736 Bangunan Sekolah Rusak
Sedangkan sekolah-sekolah di bawah kewenangan Kementerian Agama, mulai dari tingkat RA, MI, MTs dan MA yang terdampak bencana gempa dan tsunami mencapai 326 sekolah dengan kerusakan sekolah mencapai 446 kelas.
Dari pemantauan KPAI, kata Retno, hingga Ahad, 21 Oktober lalu masih kekurangan tenda sebanyak 308 tenda kelas darurat. "Namun tenda-tenda yang sudah komitmen diperoleh oleh madrasah-madrasah terdampak tersebut hingga hari pengawasan belum satupun diterima madrasah," kata dia.
Menurut Retno, baru ada lima tenda kelas darurat yang diperoleh madrasah. "Itu pun merupakan bagian jatah sumbangan tenda yang diterima Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ujarnya.
Selain itu, KPAI memperoleh informasi bahwa pembelajaran di sekolah dan madrasah di Palu, Donggala, dan Parimo belum berjalan normal karena masih banyak siswa yang belum masuk sekolah. Misalnya SMKN 1 Sigi yang mengalami kerusakan mencapai 95 persen, jumlah siswa yang sudah masuk sekolah baru 161 dari total 860 siswa.
Menurut Retno, sampai hari ini sekolah belum bisa mendata siswa yang selamat atau tidak. Seperti salah satu SLB Negeri di Palu yang memiliki 100 siswa berkebutuhan khusus. Sampai Ahad kemarin, sekolah baru bisa memastikan lima siswanya selamat.
Baca: Suasana Hari Pertama Kali Sekolah Korban Gempa dan Tsunami Palu