TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sudah siap jika masa jabatannya bakal berakhir pada 2019 mendatang. Susi bahkan telah menulis buku berjudul Laut Masa Depan Bangsa.
Baca juga: Ditegur Susi, Sandiaga: Tak Masalah sebelum Ditenggelamkan
"Kalau saya diperbolehkan nanti oleh pak presiden tetap bekerja, ya berarti sampai 20 Oktober saya bisa done all my work, tentu saja saya juga sudah susun buku dan diterbitkan juga," ujar Susi Pudjiastuti saat menghadiri event Security Summit di Yogyakarta 18 Oktober 2018.
Susi mengatakan selisih penjualan bukunya itu nanti sebagian akan disumbangkan untuk para korban gempa dan tsunami di Palu.
Susi juga bakal bersama organisasi bentukannya, Pandu Laut, mengkampanyekan penggalangan dana untuk korban gempa Palu saat peluncuran buku itu.
Pandu Laut sendiri merupakan wadah para aktivis dan tak kurang berhimpun 200 komunitas pegiat pelestari laut.
Dalam kesempatan itu, Susi pun menjelaskan lagi makna laut sebagai masa depan bangsa seperti judul buku yang ia tulis.
Susi menuturkan sebagai aset masa depan, laut jangan sampai digadaikan dan dirusak.
Menurut Susi Pudjiastuti salah satu persoalan yang dihadapi laut Indonesia masih soal sampah plastik.
"Kita masih menjadi negara ke 2 penyumbang sampah plastik terbesar di lautan di dunia setelah Cina," ujarnya.
Baca juga: Panas Dingin Susi - Sandiaga, dari Sunter Hingga Izin Nelayan
Oleh sebab itu, selama menjabat ia melarang seluruh jajarannya di Kantor Kementerian Kelautan Perikanan menbawa barang-barang yang bisa menimbulkan sampah plastik seperti kantong kresek sampai botol minuman.
Susi Pudjiastuti menambahkan sebenarnya Presiden Jokowi juga sudah menandatangi peraturan presiden yang mengatur kebijakan untuk pengurangan limbah plastik. Sayangnya belum ada peraturan di bawahnya seperti peraturan menteri yang menindaklanjuti.
"Kalau kebijakan sampah plastik ini tak segera diatur nanti 2030 akan lebih banyak plastik di laut daripada ikannya," ujarnya.