Mahfudz tidak mengetahui siapa yang membuat dan menyebarkan dokumen itu. Saat dokumen sudah beredar, kata Mahfudz, para pimpinan PKS menyebutnya hoaks. Namun, di berbagai acara, muatan dokumen tersebut justru disosialisasikan secara resmi.
Bahkan, ujar Mahfudz, banyak pengurus PKS di wilayah diberhentikan dari jabatannya karena dianggap terlibat dalam ABI. "Karena kalau baca dokumen waspadai gerakan PKS itu eksplisit disebut ABI, dan apa yang harus dilakukan terhadap aktivis ABI juga. Dan pemecatan itu bagian dari skenario reaksinya," ucapnya.
Yang paling masif, kata Mahfudz, pemberhentian jabatan struktur. Misalnya, mulai dari pengurus dewan pimpinan wilayah di NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat. Tidak hanya di level provinsi, pergantian pengurus juga masif dilakukan di tingkat kabupaten kota.
Baca: Kehadiran Fahri Hamzah Bakal Ditolak, Garbi NTT: Kami Evaluasi
Dalam dokumen mewaspadai gerakan mengkudeta PKS, ABI dikategorikan sebagai gerakan yang sangat berbahaya atau extremely red alert. ABI juga disebut memiliki tujuan mengambil alih atau mengkudeta majelis syuro dan partai, dan gerakannya masif di semua lini.
Seperti yang disampaikan Mahfudz, dokumen tersebut menyebutkan rekomendasi yang dilakukan terhadap ABI, yaitu pembersihan majelis syuro, struktur, caleg, calon kepala daerah melalui penyadaran dan imunisasi kader. ABI juga disebut muncul sejak 2002, lalu masif pada 2015-2018.
Mahfudz menuturkan, ide tentang arah baru Indonesia sebetulnya didiskusikan sejak pemilu 2014 ketika Anis Matta masih menjabat sebagai Presiden PKS. Sejumlah pejabat teras PKS yang saat itu terlibat dalam pembentukan gagasan ABI, di antaranya Anis Matta, Mahfudz, Fahri Hamzah, Jazuli Juwaini, Sukamta, almarhum Taufik Ridlo, dan Mahfudz Abdurrahman.
Mahfudz menuturkan, ide ABI semula akan menjadi agenda yang diusung PKS sebagai partai politik. Gagasan tersebut bahkan sudah mulai disosialisasikan ke pimpinan PKS di wilayah setelah pemilu 2014. Bahkan, ketika Anis Matta digantikan Sohibul Iman, sosialisasi ide ABI terus berlanjut hingga terbentuk Gerakan Arah Baru Indonesia.
"Ya sudah kalau memang ini dimusuhi kita cari wadah alternatif untuk perjuangkan ini. Wadahnya bukan partai politik tapi ormas Garbi," kata kata Mahfudz.