Provinsi Aceh pada 2014 pernah dilanda gempa besar dan menimbulkan tsunami tinggi. Badan Penanggulangan Bencana Aceh atau BPBA berencana melakukan penelitian terhadap sejumlah daerah rawan likuifaksi atau pergerakan tanah di daerah itu.
"Kami ingin ilmuwan bisa berkolaborasi dengan BPBA untuk pemetaan mana daerah rentan likuifaksi di provinsi ini," kata Kepala Pelaksana BPBA Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Senin, 15 Oktober 2018.
Untuk melakukan pemetaan ini, ilmuwan Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala dilibatkan. BPBA sendiri telah memiliki seismograf terbaru demi menunjang studi likuifaksi, seperti Singkil dan Meulaboh, serta melakukan penelitian beberapa patahan sesar-sesar aktif di provinsi tersebut.
"Jika sewaktu-waktu terjadi gempa, maka kerusakan yang ditimbulkan bisa diminimalisir. Tidak sama dengan kerusakan yang kita perkirakan dengan gempa sebelumnya," kata Ahmad Dadek.
Ketua Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Bambang Setiawan, mengatakan, likuifaksi terjadi di Palu, Sulawesi Tengah bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Fenomena pergerakan tanah tersebut, kata dia, sempat terekam oleh beberapa peneliti saat terjadi peristiwa gempa di provinsi bagian paling Barat ini.
"Terakhir kali gempa 2006 menimbulkan likuifaksi di Pantai Manohara, Pidie Jaya. Sebelumnya, gempa dan tsunami tahun 2004 juga menyebabkan likuifaksi di Banda Aceh," kata Ahmad Dadek sembari menambahkan fenomena tersebut menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur.
ANTARA