TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud, Muhadjir Effendy, berencana mengirim relawan untuk mengajar anak-anak korban bencana di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Pemerintah akan mendata kebutuhan guru di lokasi selama dua pekan sebelum mengirim relawan.
Baca: Petunjuk Mendikbud Buat Guru Honorer yang Ingin Lolos Tes CPNS
Muhadjir mengatakan, pihaknya akan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan. "Bukan guru yang akan dikirim, tapi volunteer. Kami kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan," katanya di Bogor, Rabu, 10 Oktober 2018.
Perguruan tinggi yang akan diajak bekerja sama diutamakan yang berada di dekat lokasi bencana. Beberapa di antaranya adalah Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Manado, dan Universitas Negeri Surabaya.
Muhadjir mengatakan pembelajaran yang akan diberikan oleh relawan tersebut bukan mata pelajaran, melainkan konseling trauma. Metode tersebut membangkitkan kemampuan yang ada di dalam diri klien untuk mengatasi masalahnya sendiri. "Untuk mengembalikan keadaan stabil secara mental anak-anak dan guru, agar mulai tidak takut, ngeri lagi dengan sekolah," katanya.
Baca: Mendikbud Akan Jatuhi Sanksi Daerah yang Rekrut Guru Honorer
Dia menegaskan pelajaran nantinya tak diberikan di sekitar tempat pengungsian. Muhadjir ingin kegiatan belajar dan mengajar dilakukan di dekat sekolah agar guru dan siswa tak lagi takut dengan sekolah. Menurut dia, cara tersebut efektif untuk memulihkan trauma.
Muhadjir mengatakan pendidikan di Palu dan Donggala sudah mulai berjalan. Namun baru berlangsung di sekolah yang bangunannya tidak rusak parah. Beberapa di antaranya adalah SMPN 13 dan SMPN 22.
Sejumlah sekolah juga sudah mulai mendata guru dan siswa mereka. "Siapa yang ada, kalau yang enggak ada ke mana, yang mengungsi ke luar wilayah, termasuk guru, ke mana saja," katanya. Data tersebut nantinya akan digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga bantuan untuk mengajar yang akan dikirim.