TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsi di tujuh desa di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala masih terisolir akibat gempa dan tsunami Palu, mulai kehabisan makanan. Tujuh desa itu adalah Desa Kamonji, Malei, Ketong, Rano, Manimbaya, Palau dan Pomolulu.
Seorang warga Desa Kamonji, Harjon mengatakan selama sepekan pengungsi di desanya hanya makan seadanya. Dia mengatakan bantuan logistik tak pernah sampai ke desa itu, pengungsi kelaparan. “Tidak ada lagi makanan di pengungsian,” kata lelaki 37 tahun ini.
Baca: Pasca- Gempa dan Tsunami Palu, Bus Antarkota Mulai Beroperasi
Warga desanya ingin pergi ke Palu untuk mencari bantuan logistik, tak keadaan tidak memungkinkan. “Kami tak punya bahan bakar,” ujar Harjon.
Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) tengah menimbang untuk memperpanjang masa tanggap darurat di kawasan terdampak gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah. Masa tanggap darurat diberlakukan di kawasan terdampak gempa dan tsunami Palu selama 14 hari, sejak 28 September hingga 11 Oktober 2018.
Baca: Korban Meninggal Gempa dan Tsunami Palu Menjadi 1.558 Orang
BNPB menduga masih banyak korban tewas tertimpa reruntuhan belum ditemukan. “Itu masih tentatif,” kata Kepala Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di kantornya, Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
Menurut prosedur masa pencarian biasanya berlangsung selama 7 hari pascabencana. Namun, bila diperlukan masa pencarian akan diperpanjang hingga 10-14 hari setelahnya.
Simak: Ketua MPR: Gempa dan Tsunami Palu ...
Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong pada Jumat, 28 September 2018. Gempa disusul terjangan tsunami. Menurut data BNPB, hingga Sabtu, 6 Oktober 2018 bencana gempa dan tsunami Palu itu menewaskan 1.649 orang, melukai 2.549, dan 265 dinyatakan hilang.