TEMPO.CO, Palu - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan jumlah pengungsi korban gempa dan tsunami Palu mencapai 48 ribu jiwa. "Itu untuk seluruh pengungsi Sulawesi Tengah," ujarnya di kawasan Tempat Pemakaman Umum Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Senin, 1 Oktober 2018.
Satuan Tugas Penanganan Bencana di Korem 132/Tadulako, per 30 September 2018, pukul 17.00, mencatat jumlah pengungsi yang tersebar di seluruh Sulawesi Tengah mencapai 48.025 jiwa. Mereka tersebar di 94 posko pengungsian.
Baca: Cerita Jokowi tentang Situasi Seusai Gempa dan Tsunami Palu
Gempa Palu berkekuatan 7,7 skala Richter (SR) mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018, pukul 17.02 WIB. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pusat gempa berada di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala.
Pengungsi paling banyak berada di 13 titik. Salah satunya di Markas Komando Sabhara, Poboya, yang ditempati 5.000 orang. Selain itu, lokasi pengungsi terbanyak berada di Desa Toba dan Desa Saluya, yang menampung 3.000 orang.
Baca: Cerita Saksi Mata Ungkap Detik-detik Gempa dan Tsunami Palu
Beberapa titik lain dengan jumlah pengungsi terbanyak berada di daerah Petobo Atas dan kantor Kelurahan Palupi masing-masing 1.000 jiwa. Selain itu di titik lain, seperti Perumnas Balaroa dan BTN Petobo, masing-masing diisi pengungsi sebanyak 3.500 jiwa dan 2.500 jiwa.
Di Bundaran Baromaru, pengungsi gempa dan tsunami Palu tercatat 2.000 jiwa. Selain itu, di Kelurahan Merpati BTN Grigaden, BTN Korpri Kawatuna, dan Stadion Gawalise dengan 1.400 pengungsi, 1.000 pengungsi, dan 1.500 pengungsi.