TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami mengatakan 1.425 orang dari 3.220 warga binaan berada di luar rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Sulawesi Tengah untuk menemui keluarga masing-masing. Hanya tersisa 1.795 orang yang berada di tahanan dan lapas setelah tsunami dan gempa Palu, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018.
"Kami masih terus menunggu informasi dan data terbaru mengenai jumlah tahanan dan narapidana," ujar Sri Puguh di gedung Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Jakarta Pusat, pada Senin, 1 Oktober 2018. Kesempatan bertemu keluarga itu diberikan terhitung sejak Sabtu, 29 September 2018.
Baca: Gempa Palu, Tahanan dan Napi Boleh Keluar Penjara Selama Sepekan
Penghuni Rutan Donggala, misalnya, seluruhnya keluar. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Palu, Adhi Yan Ricoh mengatakan 560 narapidana binaan Lapas Kelas IIA Palu berada di luar penjara setelah gempa Palu. Mereka keluar setelah lampu padam dan tembok-tembok roboh akibat gempa. Tak hanya warga binaan, petugas penjara pun sibuk menyelamatkan diri saat gempa dan tsunami.
Berdasarkan data yang diterima Sri Puguh, ada empat lokasi yang warga binaannya meninggalkan tempat tak lama setelah terjadi gempa. Yakni Lapas Palu, Rumah Tahanan Palu, Rumah Tahanan Donggala, dan Lapas Perempuan Palu.
Baca:Cerita Jokowi tentang Situasi Seusai Gempa dan ...
Dirjen Pemasyarakatan mengatakan para tahanan dan warga binaan harus kembali ke rumah tahanan dan penjara setelah satu minggu. Jika tidak kembali, akan ada pencarian oleh satuan petugas (satgas) dari Pusat, Kantor Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. “Satgas dibentuk atas arahan Menteri Yasonna Laoly," ucap Sri Puguh.
Gempa Palu dan Donggala berkekuatan 7,4 SR mengguncang pada Jumat, 28 September 2018. Gempa juga menyebabkan tsunami di Pantai Palu dengan ketinggian sekitar 0,5-1,5 meter, Pantai Donggala kurang dari 50 sentimeter, dan Pantai Mamuju dengan ketinggian 6 sentimeter.