TEMPO.CO, Palu - Warga terdampak gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, mengeluhkan kurangnya kebutuhan pokok seperti air minum dan makanan. Salah seorang warga, Murna, mengatakan kekurangan air dan makanan terjadi sejak terjadi gempa Jumat sore lalu.
Baca juga: Tsunami Palu, BNPB Temukan Banyak Korban di Pantai
Murna merupakan salah satu pengungsi yang berlokasi di halaman rumah Gubernur Sulawesi Tengah. Menurut dia, semenjak di pengungsian makanan warga terbatas. "Banyak kekurangan, orang makan hanya mie," kata Murna kepada Tempo, Sabtu, 29 September 2018.
Dalam pantauan Tempo, di lokasi pengungsian masih belum dibentuk dapur umum. Makanan sehari-hari berupa mie dan nasi di masak oleh warga dan para relawan yang ada di lokasi pengungsian.
Baca juga: BNPB: Sebagian Besar Korban Tewas Akibat Tsunami Palu
Selama menelusuri lokasi gempa di Palu, Tempo memang mendengar keluhan warga yang kekurangan makanan dan air. Sepanjang menyisir lokasi pengungsian banyak warga meneriakan kekuarangan air minum.
Murna menuturkan, selama di pengungsian dirinya masih memiliki bekal makanan ringan berupa biskuit dan roti yang dibawa dari rumah. Dia berkata warga masih kesulitan stok makanan pokok berupa nasi. "Nasi ada juga, tapi cuma sedikit-sedikit," ucapnya.
Selain itu, kata Murna, warga juga mengeluhkan kekurangan air minum. Meski demikian, dia berkata masih ada bantuan berupa air minum kemasan yang disalurkan lokasi pengungsiannya. "Ini Aqua saja di bawa kemari. Kami tak tahu kalau bantuan gitu," tuturnya.
Baca juga: Sambil Berdoa, Awak Kapal Rekam Gempa Palu dan Tsunami
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan timnya sudah menyiapkan bantuan dari kota terdekat seperti Gorontalo dan Makassar. Namun, kata dia, penyaluran bantuan memang terkendala di akses jalan yang rusak. "Kami juga maunya cepat, Kemensos mau memobilisasi berbagai macam jenis bantuan," tuturnya.
Gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 17.02. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berada di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala.
Hingga Sabtu sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah ada 384 korban meninggal. Selain itu, 500 orang diperkirakan luka-luka akibat gempa dan tsunami ini. Terdapat banyak bangunan seperti rumah, kantor, dan fasilitas umum rusak.
Baca juga: Jejak Keganasan Tsunami Palu di Pantai Talise
Simak kabar terbaru seputar tsunami Palu hanya di Tempo.co.