TEMPO.CO, Jakarta - Sigi Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA menyatakan menguatnya dolar beberapa waktu lalu berpengaruh terhadap dukungan masyarakat kepada Calon Presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi.
Baca: Tim Jokowi - Ma'ruf Perkenalkan Kaos #01 ke Publik
"Naiknya kurs dolar menurunkan dukungan terhadap Joko Widodo - Ma'ruf Amin," kata Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, saat memaparkan hasil sigi teranyar di Jakarta, Kamis 27 September 2018.
Dalam survei yang melibatkan 1.200 responden tersebut LSI Denny JA menanyakan, "Apakah ibu atau bapak pernah mendengar nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai Rp 15.000 per dolar?". Dari pertanyaan itu terdapat 54,2 persen menjawab 'ya', sedangkan 36,9 persen responden menjawab 'tidak'. Terdapat 8,9 persen yang memilih 'tidak jawab'.
Dalam survei tersebut LSI juga menanyakan, "apakah ibu atau bapak suka atau tidak terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai Rp 15.000 per dolar?'. Dari pertanyaan itu 8,2 persen menjawab 'ya', sedangkan 84,3 persen responden menjawab 'tidak'. Terdapat 7,5 persen yang memilih 'tidak jawab' dan 45,7 persen menjawab 'tidak suka'.
LSI juga menanyakan, "Apakah ibu atau bapak khawatir atau tidak khawatir kondisi perkonomian akan semakin memburuk jika nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin besar?". Hasilnya, 83,8 persen menjawab 'khawatir', sedangkan 11,6 persen responden menjawab 'tidak khawatir'. Terdapat 4,6 persen yang memilih 'tidak jawab'.
Pertanyaan selanjutnya, yaitu "Beberapa waktu lalu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar mencapai Rp 15.000 per Dolar. Setelah mengetahui informasi tersebut, apakah ibu atau bapak lebih mendukung, sama saja, atau lebih tidak mendukung terhadap Jokowi?"
Simak juga: 4 Alasan Yenny Wahid Pilih Dukung Jokowi - Ma'ruf Amin di Pilpres
Dari pertanyaan itu terdapat 50 persen responden menjawab 'sama saja', 20,9 persen responden menjawab 'lebih tidak mendukung' Jokowi, dan 14,1 persen menjawab 'lebih mendukung'. Adapun 15 persen responden yang memilih 'tidak tahu/tidak jawab'.