TEMPO.CO, Jakarta – Demo antara dua massa pro dan kontra pemerintahan Jokowi pada Kamis sore, 20 September 2018 sekitar pukul 15.00 WIB di depan gedung DPRD Sumatera Utara berakhir bentrokan. Dari kejadian tersebut, sebanyak 13 orang mengalami luka-luka.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sumut Ajun Komisaris Besar Tatan Dirsan Atmaja mengatakan mulanya aksi unjuk rasa dari dua kubu berjalan damai. "Kemudian ada lemparan batu, kami (aparat keamanan) masih melihat, sampai terjadi saling dorong sampai akhirnya kita amankan,” kata dia saat dihubungi Tempo pada Kamis malam, 20 September 2018.
Baca: Massa Pro dan Kontra Jokowi Terlibat Bentrokan di Medan
Sebanyak 13 orang yang mengalami luka-luka terdiri dari 5 orang dari pihak aparat dan 8 orang dari massa. Korban terluka akibat terkena lemparan batu.
Tatan mengatakan pihaknya juga sempat menangkap para mahasiswa yang terlibat demo yang berujung ricuh itu. Namun mereka sudah dipulangkan setelah dimintai keterangan. "Mereka baru dapat dipulangkan sekitar pukul 8 malam," ujarnya.
Baca: Kronologi Bentrokan Massa Pro dan Kontra Jokowi di Medan
Pada Kamis siang hingga sore, dua kubu pro dan kontra Jokowi sama-sama melaksanakan demo di depan gedung DPRD Sumut. Massa pro Jokowi yang berasal dari Masyarakat Cinta NKRI menyampaikan aspirasinya mengenai apresiasi terhadap pemerintahan Jokowi. Menyusul kemudian massa kontra yang terdiri dari kelompok mahasiswa. Bentrokan diduga mulai terjadi setelah ada aksi pelemparan botol air mineral ke arah massa mahasiswa dari arah massa Masyarakat Cinta NKRI.
Video demo yang berujung bentrok tersebut juga menyebar lewat aplikasi perpesanan. Salah satu video yang beredar menampilkan wajah seorang mahasiswa yang berlumuran darah sambil berteriak marah karena tidak terima aparat mengamankan kejadian dengan cara memukul.
Adapun mengenai penyebab pasti bentrokan tersebut, Tatan mengatakan pihaknya belum mengetahuinya. Belum diketahui juga kubu mana yang pertama melempar batu.