TEMPO.CO, Jakarta - Jemari Asep Fathur Rohman lincah memencet-mencet gambar yang ada di buku Buku Pintar Elektronik untuk anak Kamis akhir Agustus lalu. Buku itu dilengkapi fitur audio yang bersuara setiap kali anak penyandang disabilitas ini menekan gambar tertentu. Bunyi yang keluar ialah keterangan nama dari setiap gambar yang dia tekan.
Baca: Saat Huruf Braille Mulai Tergeser Kecanggihan Teknolog
Pagi itu, jari-jari Fathur asyik memencet gambar-gambar kendaraan. “Mobil pemadam," kata Fathur menirukan suara yang keluar dari buku tersebut. Setelah itu, Fathur unjuk kebolehan dengan menyebutkan nama buah-buahan dan hewan yang pernah ia pelajari dari buku serupa.
Tidak ingin menikmati keceriaan sendiri, bocah delapan tahun itu menarik tangan kawannya, Zahra Ifatunnisa, agar ikut bergabung. Kedua siswa Sekolah Dasar Negeri Manggunjaya 1, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya ini pun larut menyusuri halaman demi halaman buku elektronik tersebut.
Fathur dan Zahra bukan murid biasa di SD Negeri Manggungjaya 1. Keduanya adalah siswa berkebutuhan khusus. Fathur mengidap downsyndrome sedangkan Zahra kesulitan berbicara. Namun, sekarang keduanya sudah duduk di bangku kelas 2 SD. Padahal, dua tahun lalu, Orang tua Fathur dan Zahra sama sekali tidak pernah membayangkan anaknya bisa bersekolah di tempat umum.
SDN 1 Manggunjaya menjadi sekolah inklusif dan menerima anak-anak disabilitas sejak pertengahan 2016. Kembalinya anak-anak disabilitas ke bangku sekolah ini tak terlepas dari proyek Inclusive Community Development and School for All (IDEAL) yang diluncurkan Save the Children sejak Januari 2016.
Simak juga: Proses Pembuatan Audiobook Sastra Difaliteria untuk Difabel Netra
Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang hak-hak anak ini menggandeng Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU). Keduanya kemudian mendirikan sebuah wadah bernama Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat atawa RBM. Program ini tersebar di beberapa desa yang ada di Kota dan Kabupaten di Tasikmalaya.
Bagaimana program RBM dari Save The Children ini bisa berjalan?