TEMPO.CO, Jakarta - Presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi dan calon presiden Prabowo Subianto hari ini berkunjung ke Jawa Timur. Kedua calon presiden ini pun sama-sama blusukan ke pesantren di provinsi itu.
Baca juga: Prabowo Berziarah ke Makam Pendiri NU di Jombang
Pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga, Surabaya, Suko Widodo, menilai kedatangan Jokowi dan Prabowo itu menjadi bukti bahwa Jawa Timur menjadi penentu kemenangan dalam pemilihan presiden atau pilpres 2019.
"Kehadiran Jokowi dan Prabowo di Jatim tentunya memiliki urgensi kuat berkaitan dengan upaya pemenangan dalam pilpres," ujarnya ketika dikonfirmasi wartawan di Surabaya, Kamis, 6 September 2018.
Menurut dia, meski kehadiran Jokowi dalam rangka tugas sebagai Kepala Negara, hal itu memiliki keterkaitan dengan persiapan pilpres 2019, terlebih KH Ma'ruf Amin selaku pasangannya telah melakukan safari di Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Hari ini, Jokowi sebagai Presiden menghadiri pembukaan kuliah umum dan Rapat Koordinasi Nasional Badan Lemdik PGRI, penyerahan sertifikat, serta kunjungan ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur.
Baca juga: Jokowi: Kabar Tunjangan Profesi Guru Dihapus Itu Hoaks
Sedangkan Prabowo Subianto menggelar silaturahmi ke sejumlah pondok pesantren dan berziarah ke makam pendiri Nahdlatul Ulama, antara lain di Jombang dan Bangkalan, Madura.
Sebelumnya, pada awal pekan ini, KH Ma'ruf Amin juga melakukan safari ke pondok pesantren sekaligus menggelar pertemuan dengan Pengurus Wilayah NU Jawa Timur.
Menurut Sukowi, sapaan akrab Suko Widodo, Jawa Timur menjadi penentu, baik dari aspek jumlah pemilih maupun aspek persebaran peta kekuatan politik di Pulau Jawa.
Sebagaimana diketahui, kata dia, berdasarkan peta jumlah pemilih, di Pulau Jawa dan Madura terdapat sekitar lebih-kurang 53-56 persen pemilih dari seluruh Indonesia.
"Persebaran kekuatan selama ini, Jabar (Jawa Barat), Banten, dan DKI Jakarta peta pilkada dimenangkan kekuatan yang lebih dekat berafiliasi pada koalisi kekuatan Pak Prabowo, lalu di Jateng (Jawa Tengah) dan DIY cenderung afiliasi ke kekuatan Pak Jokowi. Maka dari itu Jatim akan menjadi area yang kompetitif sekali," ucap Sukowi.
Selain itu, persebaran kekuatan politik di Jawa Timur sendiri, jika merujuk pemilu legislatif 2014 dan pilkada 2018, disebutnya cukup unik karena kekuatan koalisi di pusat tidak segaris waktu dengan pilkada Jawa Timur.
Baca juga: Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah Dukung Jokowi di Pilpres 2019
"Di sini kerumitan akan dihadapi tim sukses kedua pihak yang awalnya kawan kini menjadi lawan. Dan sebaliknya, jika waktu pilkada ada parpol (partai politik) berlawanan, kini menjadi berkoalisi. Ini perkara yang tidak gampang, apalagi pilpres berbarengan dengan pileg," tuturnya.