INFO NASIONAL-- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus berupaya untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana (KB). Salah satunya dengan membuat program-program yang mempu menyasar remaja.
“Acara ini tujuannya untuk persiapan program kependudukan keluarga berencana, pembangunan keluarga khususnya untuk remaja,” ujar Plt. Kepala BKKBN Sigit Priohutomo dalam Diskusi Pakar/Ahli dan Pemangku Kepentingan Tentang Kesiapan dan Perencanaan Berkeluarga Bagi Remaja di Hotel Parke Line, Jakarta, Kamis, 30 Agustus 2018.
Baca Juga:
Sigit mengemukakan bahwa BKKBN menyiapkan program dan sasaran untuk lima tahun ke depan dan program yang dibuat harus mampu diterima oleh generasi muda, karena itu perlunya masukan dari para pakar untuk mengetahui cara yang cocok dengan remaja.
Para pakar/ahli yang datang di acara yang dipandu oleh Tina Talisa ini di antaranya Euis Sunarti Professor di bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga, Bambang Shergi Laksmono Guru Besar Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI, Roslina Verauli Psikolog, Dede Yusuf Ketua Komisi IX DPR, dan Iwan Setiawan Pakar Komunikasi Digital.
Dalam diskusi ini Euis Sunarti mengungkapkan bahwa jumlah perceraian sekarang sudah mencapai 1000 kasus per hari di Indonesia dan ini kebanyakan adalah mereka yang menikah di usia muda. Sementara itu data lainnya, bahwa 90 persen orang tua yang meminta izin menikahkan anaknya di bawah umur karena faktor zina.
Baca Juga:
Karena itu perlunya pendidikan dan pemahaman tentang seksualitas dan ketahanan keluarga. Ada tiga faktor laten ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik-ekonomi, ketahanan sosial, dan ketahanan psikologis. “Setiap pasangan agar mengenali, mengantisipasi, memprediksi kerentanan dan ancaman setiap tahap perkembangan keluarga agar mencegah risiko,” ucapnya.
Mengenai pernikahan usia dini yang terjadi akibat perzinahan, Roslina Verauli menilai belum tepatnya pendidikan seks dan informasi yang tidak tepat, menurutnya pendidikan seksualitas utama adalah kasih sayang keluarga.
Roslina berpendapat bahwa pernikahan di usia di bawah 20 tahun tidak dianjurkan. Karena rentan akan konflik terkait kematangan emosional. Data yang ada sekarang ini bahkan menunjukkan perceraian tertinggi pada mereka yang menikah di usia 20-24 tahun, dan belum genap menikah selama lima tahun.
Sementara itu Bambang Shergi Laksmono menelaah perlunya pertimbangan yang matang dalam ekonomi. “Berkeluarga tidak hanya menjalankan reproduksi, tapi juga bagaimana ekonomi sebagai salah satu yang harus disiapkan,” ujarnya.
Dari diskusi ini banyak masukan dan juga paparan kondisi yang terjadi saat ini pada remaja. Masing–masing ahli memberikan masukan untuk kepentingan edukasi berkeluarga bagi remaja. Iwan Setiawan yang merupakan Pakar Komunikasi Digital memberikan masukan bagaimana bahasa dan visual yang dapat diterima remaja untuk edukasi program BKKBN.
Dalam pandangan Dede Yusuf, BKKBN sebenarnya telah memiliki program-program yang baik, tinggal ke depannya harus disesuaikan dengan sasaran. “Informasinya harus dikemas dengan baik agar sesuai sasaran. Kita harus menggunakan cara yang tepat dan dapat masuk ke anak muda,“ ujarnya.
Diakhir acara Sigit mengemukakan bahwa dengan pertemuan ini BKKBN mendapat masukan yang sangat bermanfaat dari pakar-pakar yang mamahami remaja. Dan dari pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan membuat program/ perencanaan yang disesuaikan dengan remaja. (*)