TEMPO.CO, Jakarta - Inisiator gerakan #2019GantiPresiden Mardani Ali Sera tak bakal surut menggelar aksi kendati mengalami sejumlah penolakan dari sekelompok masyarakat dan dilarang kepolisian. Mardani mengatakan bakal terus melakukan kegiatan tersebut di sejumlah daerah.
Baca: Ricuh Aksi #2019GantiPresiden, Aparat Dinilai Tak Netral
"Awal September saya ke Aceh, habis itu saya ke Lampung," kata Mardani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2018.
Demi melancarkan kegiatan-kegiatan tersebut, Mardani mengatakan bakal lebih intens berkoordinasi dengan kepolisian. Dia meminta kepolisian nantinya profesional dalam memfasilitasi dan mengamankan setiap aksi atau deklarasi #2019GantiPresiden yang akan berlangsung nantinya.
Mardani mengaku sedih atas pelarangan kepolisian terhadap deklarasi gerakan #2019GantiPresiden di Surabaya dan Pekanbaru pada akhir pekan lalu. Di Pekanbaru, Badan Intelijen Negara Daerah memulangkan Neno Warisman, aktivis #2019GantiPresiden yang sedianya menghadiri deklarasi di kota tersebut.
Sedangkan di Surabaya, massa mengepung hotel tempat musikus Ahmad Dhani menginap. Dhani juga dijadwalkan menghadiri deklarasi yang sedianya digelar di Tugu Pahlawan. Kepolisian Daerah Jawa Timur melarang deklarasi itu dengan alasan ada potensi kerusuhan.
Mardani mengatakan, kepolisian seharusnya memberikan pengamanan selama berjalannya aksi, bukan melarangnya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini juga mencontohkan kegiatan di Serang yang dilokalisasi ke suatu daerah yang jauh dari kerumunan massa.
Baca: Insiden #2019GantiPresiden Anak Ahmad Dhani Heran Ada Pengepungan
"Saya di Serang tempatnya di samping makam, jalan ke situnya enggak lewat mobil, jalan kaki, aman. Polisi jagain, enggak ada tuh benturan-benturan," ujarnya.
Mardani juga mencontohkan deklarasi di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Lokasi tersebut juga dipilih sebagai ganti dari rencana awal deklarasi di Pontianak. "Kasus Surabaya dan Pekanbaru akan kami catat dengan baik," ujarnya.