Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kotek Anak Ayam Pelipur Lara Anak-anak Korban Gempa Lombok

image-gnews
Sejumlah muslim korban gempa bumi bersiap melaksanakan salat Idul Adha 1439 Hijriah di Posko Pengungsian Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu, 22 Agustus 2018. Sebagian besar umat Islam korban gempa bumi di Lombok merayakan Hari Raya Idul Adha di lokasi pengungsian dengan penuh suka cita. ANTARA
Sejumlah muslim korban gempa bumi bersiap melaksanakan salat Idul Adha 1439 Hijriah di Posko Pengungsian Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu, 22 Agustus 2018. Sebagian besar umat Islam korban gempa bumi di Lombok merayakan Hari Raya Idul Adha di lokasi pengungsian dengan penuh suka cita. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Lombok - LAGU "Tek Kotek Anak Ayam" melantun keras lewat pelantang suara di Desa Jeringo, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada Jumat pekan lalu. Fikri dan belasan anak-anak lainnya yang menjadi korban gempa Lombok menari mengikuti irama lagu yang diputar oleh tim psikologi Markas Besar Polri itu.

Baca: 50 BUMN Salurkan Bantuan Rp 13 Miliar untuk Korban Gempa Lombok

Setelah bermain, Fikri dan kawan-kawannya mengantri untuk mengambil buku gambar dan pensil yang dibawa tim psikolog Mabes Polri. Setelah itu, dia berlari kembali ke pangkuan bapaknya, Jupri, di tenda pengungsian. Dia memeluk buku dan pensil itu sambil dipangku bapaknya.

Jupri mengaku rindu dengan keceriaan Fikri. Pria 36 tahun ini mengatakan lindu yang mengguncang Lombok tidak hanya merusak rumah tetapi juga kecerian anak-anak. “Alhamdulilah sudah ceria sekarang, enggak kaya biasanya, sekarang banyak temannya di sini,” kata dia.

Namun, gempa Lombok tetap menyimpan trauma di benak Fikri. Jupri mengatakan, "Anak saya belum berani masuk rumah." Sebabnya, pasca Gempa Lombok pada 29 Juli lalu, lindu susulan terus mengguncang daerah tersebut. Sehingga, sang anak takut jika harus kembali ke rumah.

Baca juga: Masa Transisi Gempa Lombok, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) mencatat, hingga akhir Agustus 2018, ada 1.055 gempa susulan. Gempa Lombok menewaskan 555 orang, ribuan orang terluka dan lebih dari 300 ribu orang mengungsi. Sementara, 76 ribu rumah rusak.

Di Desa Jeringo, sekitar 838 rumah atau 93 persen rumah ambruk, 36 rumah rusak sedang dan 28 rumah rusak ringan. Rumah Jupri di kaki bukit desa Jeringo, menjadi salah satu rumah yang hanya rusak ringan. Meski begitu, Jupri, istri dan dua anaknya memilih tinggal di tenda pengungsian karena masih takut terjadi gempa susulan. “Di sini lebih aman,” kata dia.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengatakan keluarga Jupri merupakan potret para korban gempa Lombok yang masih bertahan di tempat pengungsian. Alasannya, sebagian dari para korban gempa ini, kata dia, masih takut lindu susulan.

Simak: Gempa Lombok, Pemerintah NTB Bisa Pakai Cadangan Beras Bulog

Menurut Achmad, trauma para korban gempa Lombok dipicu oleh kehilangan orang terdekat, tempat tinggal, dan pekerjaan. Gangguan itu mulai dari yang ringan berupa rasa cemas akan gempa susulan sampai yang terberat adalah mengalami halusinasi akan adanya gempa.

Achmad mengatakan Kementerian dibantu relawan terus memulihkan kondisi psikologis masyarakat Lombok usai gempa. Menurut dia ada seratus lebih tim psikologi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang ikut membantu.

Pada tahap awal, upaya bantuan psikologis yang diberikan pemerintah adalah identifikasi dan pencegahan agar menghindari munculnya masalah psikologis. Pencegahan dilakukan dengan cara memuhi kebutuhan dasar pengungsi, yakni makanan, tenda dan baju.

Simak juga: Gempa Lombok Bikin Pulau Lombok Terangkat Sebagian: Ini Dampaknya

Tim, kata dia, juga memberikan edukasi tentang gempa agar masyarakat tidak mudah dikibuli berita bohong atau hoaks soal gempa susulan. “Hoaks itu bisa menjadi sumber ketakutan besar untuk mereka,” kata Achmad.

Sementara itu, tim psikolog juga berupaya mengidenfikasi masalah psikologis dengan mengunjungi tempat pengungsian, mengajak bicara para pengungsi untuk mengetahui keresahan mereka. Bila ditemukan pengungsi yang mengalami masalah psikologis, kata dia, tim akan melakukan intervensi awal dengan melakukan konseling. “Bila ternyata keadaannya berat, baru kami beri obat antidepresi atau kami rujuk ke rumah sakit,” kata dia.

Psikolog dari Yayasan Pulih, Livia Iskandar, mengatakan ketakutan dan kecemasan yang dialami anak-anak pengungsi, termasuk Fikri sebenarnya masih wajar mengingat gempa susulan sering terjadi. Dia mengatakan masalah gangguan jiwa baru bisa diidentifikasi bila kecemasan atau rasa takut itu masih dialami penyintas enam pekan setelah bencana berlalu.

Baca: Penanganan Gempa Lombok, Mensos: Ada Motif Jahat kepada Jokowi

Dia mengatakan yang terpenting saat ini adalah mencegah agar kecemasan anak-anak tidak berlanjut. Dia meminta pada tahap awal pemerintah perlu memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi. Lalu, terapi bermain juga efektif untuk memulihkan keceriaan anak.

Selain itu, orang tua dan sekolah juga perlu mengambil peran agar anak-anaknya dapat pulih dari rasa takut. Orang tua, kata dia, dapat memberikan penjelasan pada anak soal kehidupan pascabencana. Dan memberikan pembelajaran soal apa yang mesti dilakukan bila suatu bencana terjadi. “Dengan edukasi, anak-anak bisa menguasai keadaan yang harus dihadapi,” kata dia.

Adapun untuk mengatasi kecemasan yang dialami anak-anak, Achmad mengatakan intervensi justru lebih mudah dilakukan. Menurut dia, anak-anak lebih kebal terhadap masalah kejiwaan dibandingkan orang dewasa. Ketakutan anak, kata dia, biasanya justru bersumber dari ketakutan orang tuanya. Sebab, kata dia, anak-anak belum mengenal konsep kehilangan sehingga mereka tidak mudah trauma.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh jadi Relawan Bencana, Intip 7 Tips Ini

Achmad menambahkan, dukungan psikologis untuk anak-anak dilakukan dengan memberi terapi bermain. Tim psikologi, kata dia, datang ke tempat pengungsian gempa Lombok untuk mengadakan permainan dan membacakan dongeng. “Anak-anak itu asal dunia bermain mereka dikembalikan mereka akan pulih,” kata Achmad.

Salah satu kegiatan hiburan untuk anak-anak dilakukan oleh tim psikolog Mabes Polri yang datang ke Kampung Fikri, di desa Jeringo pada pagi itu. Koordinator tim psikologi Mabes Polri Ajun Komisaris Heri Yulianto mengatakan sudah dua pekan ini berkeliling Lombok Utara, Timur, Barat dan Mataram untuk memberikan dukungan psikologis bagi anak-anak pengungsi gempa Lombok.

Simak: Kemenhub - UGM Bangun 50 Rumah Cluster Korban Gempa Lombok

Dia mengatakan dukungan psikologis dilakukan dengan mengajak anak-anak bermain dan menceritakan kepada mereka dongeng. Dalam dongeng itu, timnya menyisipkan pesan tentang semangat agar anak-anak korban gempa Lombok bisa kembali bangkit setelah gempa. “Kami selalu menggunakan kata-kata positif agar anak-anak tetap kuat,” kata Heri Yulianto.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Hari Ini Imbas Erupsi Gunung Ruang

1 hari lalu

Suasana Bandara Sam Ratulangi Manado, Jumat, 27 Januari 2023. (ANTARA/Nancy L Tigauw)
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Hari Ini Imbas Erupsi Gunung Ruang

Penutupan Bandara Sam Ratulangi dilakukan dinamis sehingga ada kemungkinan diperpanjang.


Gempa Bermagnitudo 4,7 dari Laut Guncang Bayah di Banten

4 hari lalu

Pusat gempa di Bayah, Banten. Foto : BMKG
Gempa Bermagnitudo 4,7 dari Laut Guncang Bayah di Banten

Gempa tektonik bermagnitudo 4,7 mengguncang daerah Bayah Provinsi Banten, Selasa 16 April 2024 pada pukul 10.18 WIB. Getaran gempanya terasa hingga Kabupaten Sukabumi.


Gempa Tektonik M5,0 Guncang Laut Banda Pagi Tadi, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

4 hari lalu

Peta pusat gempa tektonik M5,0 di Laut Banda, Alor, NTT, Selasa pagi 16 April 2024.  Istimewa
Gempa Tektonik M5,0 Guncang Laut Banda Pagi Tadi, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tektonik berkekuatan M5,0 mengguncang dari wilayah Laut Banda pada Selasa pagi, 16 April 2024, sekitar pukul 10.07.15 WIB.


4 Cara Cek Titik Rawan Bencana di Jalur Mudik Lebaran 2024

4 hari lalu

Foto udara kendaraan pemudik memadati di jalur selatan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Arus balik H+3 lebaran dari Tasikmalaya menuju Bandung terpantau padat merayap dan terjadi antrean kendaraan dari Sindangkasih, Kabupaten Ciamis hingga Indihiang, Kota Tasikmalaya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
4 Cara Cek Titik Rawan Bencana di Jalur Mudik Lebaran 2024

Berikut cara cek titik rawan bencana di jalur mudik Lebaran 2024 melalui situs BNPB, Ditjen Bina Marga, PVMBG, dan PetaBencana.id.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

5 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

6 hari lalu

Petugas membawa anjing pelacak mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja hingga kini masih mencari warga yang dilaporkan hilang akibat tanah longsor.


Aktivitas Gunung Awu di Atas Normal Saat Libur Lebaran, Bolak-balik Gempa Vulkanik juga Tektonik

6 hari lalu

Puncak Gunung Awu di Sangihe,  Sulawesi Utara, tertutup awan pada Sabtu 27 Agustus 2022 . Gunung api paling utara di Indonesia ini diturunkan status aktivitasnya ke level II atau Waspada. ANTARA/Jerusalem Mendalora.
Aktivitas Gunung Awu di Atas Normal Saat Libur Lebaran, Bolak-balik Gempa Vulkanik juga Tektonik

Status aktivitas Gunung Awu di Sangihe ditetapkan dalam status Level II atau Waspada sejak 25 Agustus 2022.


Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

8 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.


Puncak Arus Mudik 2024, Polri Catat 322 Kecelakaan dan 63 Orang Meninggal

10 hari lalu

Sejumlah petugas Kepolisian berjaga di depan akses masuk Jalan Layang MBZ (Mohammed Bin Zayed) yang ditutup sementara di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 6 April 2024. Penutupan sementara itu untuk mengurai kepadatan kendaraan pemudik di arus pertemuan Jalan Layang MBZ dengan Tol Jakarta-Cikampek di KM 47 Karawang pada H-4 Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. ANTARA/Fakhri Hermansyah
Puncak Arus Mudik 2024, Polri Catat 322 Kecelakaan dan 63 Orang Meninggal

Pada puncak arus mudik, penindakan pelanggar lalu lintas tercatat 3.441 kejadian dengan rincian 2.267 teguran dan 1.174 tilang elektronik (ETLE).


Gempa dari Sesar Sorong-Yapen Guncang Sebagian Papua Barat Pagi Ini

11 hari lalu

Ilustrasi gempa. geo.tv
Gempa dari Sesar Sorong-Yapen Guncang Sebagian Papua Barat Pagi Ini

BMKG menyebut kekuatan gempa bermagnitudo 6,0--diperbarui dari info awal M6,1--dengan dampak guncangan yang terukur hingga skala IV MMI.