TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengimbau masyarakat korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, terus melakukan kegiatan seperti biasa. Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Roysepta Abimanyu menuturkan hal itu perlu dilakukan sebagai bentuk terapi pemulihan untuk mereka.
Baca: KSP Sebut Bencana Gempa Lombok Paling Banyak Hoax-nya
"Warga diberdayakan kehidupan sehari-hari. Kami mendorong warga beraktivitas supaya cepat recovery," kata Roysepta di Waung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 25 Agustus 2018.
Pemulihan trauma sosial, kata Roy, bisa dibantu dengan cara berkegiatan seperti biasa. Meski harus dilakukan di tenda atau tempat pengungsian. "Tahap ini kan sudah ada hunian sementara yang sudah mendapatkan bantuan. Warga akan nyaman," kata dia.
Senada dengan Roy, Direktur Aksi Cepat Tanggap (ACT) Nurman Priatna mengatakan pihaknya sudah mengikutsertakan masyarakat untuk kegiatan sosial. Salah satunya dengan merayakan Idul Adha bersama-sama.
Baca: Gempa Lombok, Krakatau Steel Kirim 20 Ton Baja Lembaran
Wilayah Lombok, Bali, dan Sumbawa diguncang gempa pertama pada 29 Juli 2018 berkekuatan 6,4 skala Richter, kemudian disusul gempa 7 SR pada 5 Agustus, juga 6,5 SR pada 19 Agustus siang dan 6,9 SR pada 19 Agustus malam. Dari peristiwa tersebut, data terakhir menyebutkan 563 korban meninggal, ribuan warga luka-luka dan banyak bangunan rusak.