TEMPO.CO, Pontianak - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 94 titik panas atau hotspot yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Barat pada Rabu, 15 Agustus 2018 akibat kebakaran hutan.
"Dari pantauan satelit Modis tercatat sebanyak 84 titik panas kategori sedang, dan sebanyak tujuh titik panas kategori tinggi, dari total sebanyak 489 titik hotspot di seluruh Indonesia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya pada Rabu.
Baca: Ada Kebakaran Lahan Dekat Wisma Atlet, Ini Kata CdM Syafruddin
Dari pantauan satelit Modis pada Rabu pagi, Kalbar menjadi wilayah dengan titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Menurut Sutopo, titik panas tersebut bermunculan pada sepekan belakangan. "Sudah seminggu lebih, terlihat banyak titik panas akibat Karhutla di Kalbar karena disengaja," kata dia.
Meski upaya pemadaman terus dilakukan, menurut Sutopo, jumlah lahan yang terbakar masih banyak. "Sehingga harus terus ditingkatkan patroli dan pencegahan Karhutla," kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Mempawah, Wandayantolis mengatakan kualitas udara di Kabupaten Mempawah dan Kota Pontianak serta sekitarnya mulai terpantau tidak sehat pada Selasa, 15 Agustus 2018. "Berdasarkan pantauan alat, kualitas udara di Mempawah, Kota Pontianak dan sekitarnya masuk kategori tidak sehat," kata dia.
Baca: Kapolda Kalbar Petakan 182 Titik Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Menurut Wandayantolis, dalam beberapa pekan terakhir curah hujan di wilayah Kalbar berada pada kategori bawah normal sehingga jumlah titik panas semakin meningkat. "Dengan kualitas udara yang tidak sehat tersebut, maka dapat mengganggu kesehatan terutama pernafasan," ujarnya.
Ia mengatakan prospek curah hujan diperkirakan masih berkurang hingga akhir dasarian dua bulan Agustus 2018. Karena itu, Wandayantolis mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. "Kalaupun tetap ke luar, maka sebaiknya menggunakan masker dan minum air putih yang cukup agar terhindar dari gangguan kesehatan," ujarnya.
Baca: Menteri Siti Nurbaya Luncurkan Layanan SMS Kebakaran Hutan