INFO NASIONAL - Lewat acara “Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental” yang diselenggarakan Kementerian koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), di Hotel Grand ercure, Jakarta, Jumat , 3 Agustus 2018, terdapat sosok menarik. Dia adalah Farid Naufal Alam yang baru beranjak 24 tahun, tetapi sudah menjadi salah satu CEO e-commerce aruna.id.
Yang luar biasa dari sosok Farid, sebagai pemimpin usaha rintisan (startup) yang berbasis inovasi teknologi, dia dan tim Aruna telah menunjukkan prestasinya dengan merangkul 1.701 kelompok nelayan dengan anggota yang mencapai 20 ribu. Konsumennya pun sudah merambah ke mancanegara.
Baca Juga:
“Mitra nelayan kami sudah ada di 16 provinsi mulai Aceh, Kalimantan Utara (termasuk di Sebatik), hingga Papua. Konsumen kami sudah sampai ke Singapura, Malaysia, dan Vietnam,” ujar pemuda lulusan Universitas Telkom Bandung ini.
Upaya Farid dan timnya merupakan langkah inspiratif. Mengubah kebiasaan pola jual-beli hasil laut dengan produk Integrated Fisheries Commerce. “Kami tim aruna.id berupaya melayani para nelayan dan konsumen secara langsung lewat inovasi teknologi,” tuturnya.
Menurut situs resmi aruna.id, Integrated Fisheries Commerce merupakan efisiensi mata rantai perdagangan perikanan yang ada, sehingga bisa memberikan benefit maksimal bagi mitra nelayan dan pembeli.
Baca Juga:
Perjuangan Aruna tidak selalu mulus. Tapi dia menganggap kendala di lapangan sebagai ujian untuk proses yang lebih baik. Sebagai pegangan, tim Aruna berpegang pada konsep humanity dan modernity. Tim Aruna juga berupaya untuk terus menjadi tim yang berintegritas, memiliki etos kerja tinggi, dan semangat bergotong royong demi misi bersama. “Sesuai dengan nilai utama revolusi mental,” ucapnya saat ditanya tentang makna revolusi mental.
Integritas bagi Farid merupakan prinsip yang ingin dia terus pupuk dan tebar ke masyarakat Indonesia “Di awal-awal kami pernah ditipu, saya pikir masalah integritas perlu jadi nilai bersama yang perlu terus disebar,” ujar Farid.
Berbicara kendala pula, bagi Farid perbedaan etos kerja di tiap daerah menjadi tantangan tersendiri. “Untuk menyiasatinya, tim kami biasanya turun langsung ke daerah terlibat dalam aktifitas penangkapan ikan di laut, tidur di masjid, asal bersama nelaan serta melakukan pembinaan,” katanya.
Sebagai pimpinan di Aruna, Farid menuturkan bahwa dengan mengajak nelayan sabagai mitra bisnis, tim Aruna berupaya meningkatkan kesejahtaraan hidup nelayan lewat teknologi dan pembinaan. “Fakta yang memprihatinkan selama 10 tahun terakhir di mana jumlah nelayan di Indonesia menurun 50 persen, dan masih banyak nelayan yang berada dalam jurang kemiskinan,” tutur CEO muda ini.
Di akhir wawancara, Farid mengajak masyarakat terutama generasi milenial, untuk semangat melihat peluang. “Jangan mengeluh. Kesempatan kita menjadi bangsa besar terbuka lebar. Saatnya berubah untuk tidak mengeluh, bekerja, bermakna, dan peduli sesama," kata Farid. (*)