TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan belum memutuskan apakah akan menerima atau menolak tawaran dari Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko untuk bergabung. Ia meminta waktu sejenak untuk memikirkannya dan berkonsultasi dengan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh.
"Oleh karena itu belum saya jawab. Sementara saya minta izin untuk mendapat arahan dari ketua umum," kata Syahrul saat dihubungi Tempo, Jumat, 3 Agustus 2018.
Baca: Syahrul Yasin Limpo Diminta Bantu Moeldoko di KSP
Syahrul menuturkan ia merasa wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan Surya Paloh lantaran saat ini berstatus sebagai caleg NasDem untuk daerah pemilihan Sulawesi Selatan II. "Seperti arahan NasDem bahwa pertarungan pileg adalah pertarungan politik yang harus all out," kata dia.
Tawaran untuk Syahrul ini disampaikan langsung oleh Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP Ali Mochtar Ngabalin. Ali datang ke Makassar pada Rabu, 1 Agustus 2018, untuk memberikan surat kepada Syahrul. Surat yang diserahkan oleh Ali berwarna putih dan masih tersegel rapat dengan tulisan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia berwarna hitam dan gambar Istana Presiden berwarna emas.
Baca: Moeldoko: Total Hidup Saya untuk Pak Jokowi
Syahrul enggan membeberkan posisi apa yang Moledoko tawarkan di KSP. Alasannya ia merasa tidak etis lantaran belum memutuskan sikapnya. "Saya belum berani sampaikan karena belum konsultasi," ujarnya.
Namun Syahrul Yasin Limpo memberi bocoran terkait permintaan KSP kepadanya. Menurut dia, Moeldoko berharap ia bisa bergabung untuk membantu KSP memantau program di bidang pemerintahan. "Mempertajam program pemerintah, monitoring, dan lainnya," kata dia.