Apakah Soeharto marah?
Beberapa waktu kemudian, Sarwono memohon waktu bertemu untuk melaporkan pekerjaannya. Ternyata, Presiden Soeharto menyediakan waktu pada pukul 10 pagi di Bina Graha, kantor presiden. Bukan lagi di Jalan Cendana dan pada malam hari.
Soeharto memberi arahan mengenai pelaksanaan pengawasan melekat. Lebih dari satu jam keduanya berdiskusi soal tema itu.
Presiden Soeharto amat menguasai soal pengawasan melekat yang laporannya telah disampaikan Sarwono sebelumnya.
Presiden Soeharto dalam posisi resminya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, ujar Sarwono Kusumaatmadja, bersikap jernih, lugas, dan menguasai seluk-beluk kebijakan publik.
Acara HUT ke-75 dan peluncuran memoar Sarwono Kusumaatmadja berjudul ‘Menapak Koridor Tengah’ di Jakarta, 28 Juli 2018. TEMPO/Untung Widyanto
“Namun di tengah ‘inner circle’-nya, Pak Harto bisa menjadi orang yang sulit diterka dan dibaca arah kemauannya,” ujar Sarwono.
Sarwono Kusumaatmadja mengakui andaikata dia memilih menjadi inner circle atau Orang Cendana, mungkin akan menemukan dirinya dalam dunia abu-abu yang tidak jelas. Dia harus selalu menebak-nebak apa yang menjadi kemauan Presiden Soeharto.
“Suasana yang tak jelas dan remang-remang, tidak cocok dengan pembawaan diri saya. Jika situasi semacam itu dipaksakan akibatnya akan buruk. Bukan saja bagi diri saya sendiri melainkan juga untuk pelaksanaan tugas sebagai pejabat publik,” katanya.
Pada tahun 1993-1998, Sarwono Kusumaatmadja dipercaya kembali oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kemudian oleh Presiden Abdurrahkan Wahid, Sarwono Kusumaatmadja diangkat sebagai Menteri Eksplorasi Kelautan Indonesia masa bakti 1999-2001.