TEMPO.CO, Jakarta - Nama Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi kembali menjadi perbincangan. Beredar kabar bahwa ia resmi menyatakan mundur dari posisinya sebagai anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Baca: Keluar dari Demokrat, Karier Politik TGB Didoakan Jadi Lebih Baik
Kepada Tempo, TGB membenarkan kabar itu. Ia mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena alasan pribadi. "Benar. Alasan pribadi," kata TGB Zainul Majdi singkat, Senin malam, 23 Juli 2018.
Atas keputusan itu, Wakil Wakil Ketua Partai Demokrat, Rachland Nashidik ikut berkomentar. Rachland mengatakan Demokrat mendoakan TGB yang kini telah resmi berstatus ulama non-partai.
Baca: TGB Zainul Majdi Mundur dari Demokrat Karena Alasan Pribadi
Rachland meyakini figur sebaik TGB pantas mendapat kesempatan berkarir di tingkat nasional. "Kami mendoakan status beliau sekarang, yakni sebagai ulama non-partai, akan memberi beliau jalan ke arah karir politik yang lebih baik sebagai salah satu cawapres Pak Jokowi," kata Rachland, dalam keterangan tertulisnya, Senin.
Belakangan, nama TGB mulai santer terdengar sebagai salah satu calon wakil presiden yang akan medampingi Joko Widodo atau Jokowi dalam pemilihan presiden 2019. Bahkan, beberapa pengamat politik menyebut TGB memiliki peluang cukup untuk maju cawapres.
Sebelum di kenal di kancah politik nasional, TGB dikenal sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat. Ia memimpin provinsi ini selama dua periode, pada 2008-2013 dan 2013-2018. Ketika dilantik menjadi gubernur pertama kali pada 2008, TGB yang saat itu berusia 36 tahun, menjadi gubernur termuda.
Baca: TGB Minta Perbedaan Pilihan Politik Tidak Dilabeli Kafir
Selain pernah menjadi gubernur, TGB juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Bulan Bintang. Ia mengisi posisi wakil rakyat di Komisi Pendidikan pada 2004-2009, sebelum resmi menjadi gubernur. Keputusannya terjun ke politik saat itu dipengaruhi kedekatannya dengan pendiri Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.
Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo ini mendapat dukungan dari Partai Demokrat saat dirinya mencalonkan kembali sebagai gubernur pada 2013. Saat itu, bersama dengan Partai Gerindra, Partai Golkar, PDIP, PPP, PAN dan dan PKB TGB berhasil memenangkan pemilihan dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta suara.
Sebelum keputusannya hengkang dari Demokrat, TGB juga sempat membuat heboh karena pernyataannya mendukung Presiden Jokowi dalam pilpres 2019. Dukungan itu terungkap lewat foto yang tersebar melalui aplikasi pecakapan dan media sosial.
Baca: Kata TGB Soal Pembicaraannya dengan Jokowi
Dalam foto tersebut, tampak foto TGB bersama Jokowi, disertai tulisan "Kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat jadi pertimbangan. Beliau layak dan pantas diberi kesempatan dua periode. TGB, Jakarta, 4 Juli 2018."
Tak berhenti sampai di situ, sebelum terang-terangan mendukung Jokowi seperti sekarang, TGB diketahui pernah berseberangan dengan presiden yang didukung oleh PDIP tersebut. Penyebabnya, pada pilpres 2014, TGB menyatakan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Saat itu, TGB menilai Prabowo dan Hatta yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN merupakan sosok tegas dan berani.
Pernyataan dukungan TGB pada pilpres 2014 lalu menyumbang perolehan suara cukup besar baginPrabowo-Hatta. Dari 33 provinsi, Prabowo-Hatta memenangi 10 provinsi, salah satunya NTB. Dukungan Tuan Guru Bajang Zainul Majdi mengamankan 72,45 suara Prabowo-Hatta di NTB. Sementara Jokowi kalah di NTB.
Baca: Masuk Daftar Cawapres Jokowi, TGB Bersyukur
Pria kelahiran Pancor, Selong Lombok Timur, NTB, pada 31 Mei 1972 ini memang dikenal sebagai politikus dan ulama. Dia merupakan cucu dari pendiri organisasi masyarakat Islam besar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW), Maulana Syekh Tuan Guru M Zainuddin Abdul Madjid. Ayahnya merupakan birokrat pemerintah daerah NTB, HM Djalaluddin SH dan Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.
Sekarang, TGB memposisikan dirinya mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Kini ia dikenal sebagai salah satu dari tiga orang selain Ali Mochtar Ngabalin dan Idrus Marham yang dahulu berseberangan namun sekarang dekat bagai kawan.
FRISKI RIANA | BUDIARTI UTAMI P.