Tiram adalah hewan laut sejenis kerang dengan cangkang berkapur dan bentuk relatif pipih. Manusia sudah mengenal tiram untuk dikonsumsi, bahkan sejak jaman purba. Bagi masyarakat yang berada dilayah pesisir, tiram seringkali menjadi pilihan bahan makanan yang mengandung sejumlah nutrisi bermanfaat bagi tubuh seperti seng, kalsium, maupun vitamin A dan B12.
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap keberadaan tiram sebagai bahan konsumsi adalah Gampong Tibang, Banda Aceh. Tidak hanya menjadikannya sebagai bahan dasar kuliner, warga di sana juga tengah mengembangkan berbagai produk olahan tiram seperti kerupuk tiram, saus tiram, bahkan pakan ternak yang terbuat dari cangkang tiram. Secara tidak langsung, iklim perekonomian di wilayah ini sebenarnya cukup terpengaruh dengan hasil tiram yang didapat, baik dari nelayan maupun budidaya lokal.
Terkait teknologi budidaya tiram, Yayasan Pendidikan Kemaritiman Indonesia yang dipimpin oleh Ichsan Rusydi, S.ST, M.P. menemukan sebuah cara untuk meningkatkan kualitas tiram yang dihasilkan. Mereka menyebutnya Rumoh Tiram. Ban bekas pun menjadi pilihan untuk dijadikan sebagai media budidaya tiram. Jadi, dengan bahan pendukung lain seperti tali, pipa, keranjang, dan sampan, ban bekas akan menjadi rumah bagi benih tiram untuk tumbuh hingga siap dipanen.
Ternyata, tiram yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi ini lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak pula bila dibandingkan penggunaan cara konvensional. Selain itu, petani tiram pun semakin dimudahkan dalam menuai koloni tiram serta nyaman tanpa harus khawatir terluka kena cangkang. Mereka juga tak lagi harus berendam di air laut atau berpanas-panasan di bawah terik matahari. Rumoh Tiram membuat budidaya tiram semakin mudah, nyaman, dan menghasilkan kualitas tiram yang jauh lebih baik.
Untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang generasi muda kreatif lainnya dalam program SATU Indonesia Awards, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com.
BAYU SATITO / TIM INFO TEMPO