TEMPO.CO, Bandung - Kawasan selatan Bandung dilanda hujan es pada Ahad sore, 22 Juli 2018. Badan Meteorologi Klomatologi dan Geofisika (BMKG) menilai fenomena itu wajar.
Beberapa warga melaporkan di Baleendah dan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung terjadi hujan es disertai angin kencang ketika hujan turun. Kejadiannya antara pukul 16.30-17.00 WIB.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan, hujan es disebabkan karena adanya awan cumulonimbus yang ketinggiannya lebih 5 kilometer dari permukaan bumi. "Sehingga awan melewati lapisan beku, dan butiran es tadi turun ke permukaan bumi," katanya Ahad, 22 Juli 2018.
Ketika turun menjadi hujan ke bumi, ukuran butiran es berkurang atau mengecil akibat gaya gesek udara. Sementara di daerah lain sekitar Kota Bandung, tak terjadi hujan es. Hujan yang turun hanya butiran air tanpa es.
Tony mengatakan hujan yang terjadi hari ini tergolong hujan ringan hingga sedang dengan durasi singkat. "Karena dampak perubahan pola angin, sehingga terkumpul awan hujan di sekitar Bandung," katanya.
Menurutnya, hujan ini hanya ganguan cuaca jangka pendek. Hujan seperti itu berpotensi terjadi berkisar satu hingga tiga hari ke depan. Saat ini Bandung dan Jawa Barat masih di musim kemarau terhitung sejak Mei hingga Oktober mendatang.
"Puncak musim kemarau di Agustus, saat tersebut curah hujan paling sedikit dalam setahun," katanya.
Musim kemarau di Jawa Barat tahun ini umumnya dalam kondisi normal. Kondisi itu sama seperti rata-rata musim kemarau dalam 30 tahun terakhir. Artinya, kata Tony, yaitu hujan secara bertahap berkurang dan mencapai puncaknya di bulan Agustus. Setelah itu hujan secara bertahap akan meningkat dan berganti musim hujan pada Oktober.