INFO NASIONAL - Gemerlap Ibu Kota Jakarta memiliki magnet yang sangat kuat bagi banyak orang. Di sinilah roda perekonomian dan kehidupan berputar. Ada kebanggaan tersendiri dapat tinggal di jantung Indonesia ini. Sayang, penghuni kota metropolitan ini, dibayang-bayangi si pembunuh senyap.
Dia adalah polusi udara. Ya, Jakarta adalah kota dengan kualitas udara terburuk. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan Jakarta berada di posisi pertama dalam indeks kualitas udara terburuk di dunia. (Tempo.co, 17 Mei 2018).
Baca Juga:
Sandiaga mengutip data hasil pantauan tingkat polusi udara di situs Air Visual. Situs ini mengukur indeks standar pencemaran udara (ISPU) kota-kota besar di dunia melalui alat pemantau yang dipasang di kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat di tiap negara. Artinya, data tersebut dipantau secara real time dan dapat berubah setiap saat. Dari data itu, didapati tingkat polusi udara Jakarta melampaui Beijing, Lahor, New Delhi, dan Daka.
Mungkin Anda mengira jika berada dalam lingkungan tertutup, hanya naik-turun kendaraan pribadi, dan berada di kantor atau apartemen yang tertutup, maka Anda akan aman. Sesungguhnya tidak demikian. Pasalnya, Greenpeace mengungkapkan, selama 2017 di sejumlah lokasi di Jakarta kualitas udara mencapai angka PM2.5 harian dalam level membahayakan. Partikular (PM2.5) adalah partikel debu yang berukuran 2.5 mikron. Jika kita bandingkan dengan sehelai rambut manusia, setara dengan 1 per 30-nya.
Ilustrasi PM2.5
Baca Juga:
Ini artinya, PM2.5 dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan. Bahkan saat dilihat dari stasiun pemantauan udara milik kedutaan Amerika Serikat, Kamis, 19 Juli 2018, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta Selatan mencapai angka 162, melebihi standar WHO, yakni 25mg per meter kubik dan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yakni 65mg per meter kubik. Jadi, jika terpapar dalam jangka panjang, PM2.5 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut terutama pada anak-anak hingga kanker paru. Selain itu, PM2.5 dapat meningkatkan kadar racun dalam pembuluh darah yang dapat memicu stroke, penyakit kardiovaskular dan jantung, serta membahayakan ibu hamil karena berpotensi menyerang janin.
sesak nafas
Memahami pentingnya kesehatan udara di dalam ruangan, pengembang properti FARPOINT meluncurkan menara premium Monteverde Tower. Hunian yang berada di kawasan Kuningan CBD ini memiliki Sistem AC Filtrasi Ganda, teknologi termuktahir yang mampu menyaring debu dan partikel halus polutan yang lebih kecil, seperti PM2.5 secara efektif hingga 99 persen.
“Kami menyadari sebagian besar masyarakat perkotaan menghabiskan 90 persen waktu di dalam ruangan dengan polutan yang sama berbahayanya dengan luar ruangan. Rendahnya kualitas udara di dalam ruangan dapat memiliki efek kesehatan serius, baik jangka pendek maupun jangka panjang, terutama bagi anak-anak dan orang tua. Karena itu, kami menghadirkan hunian yang mengedepankan kenyamanan dan kesehatan penghuninya dengan teknologi terdepan,” ucap Chief Executive Officer FARPOINT Jusup Halimi.
living room
Dia menjelaskan, teknologi Sistem AC Filtrasi Ganda ditempatkan di setiap unit apartemen Monteverde Tower untuk mensirkulasi udara bersih dan sejuk ke dalam ruangan setiap saat. Sehingga penghuni akan terus menerus menghirup udara segar yang nyaman dan sehat.
Teknologi ini, kata Jusup, juga memberikan ragam manfaat, seperti mencegah jamur dan kondensasi, mengurangi bau apek saat unit tidak ditempati dalam waktu tertentu dengan tingkat kelembapan 55 persen yang relatif nyaman, serta mengurangi konsumsi listrik.
FARPOINT akan merampungkan Monteverde Tower, yang terdiri atas 124 unit apartemen dengan tipe tiga kamar tidur, di atas lahan seluas 8.600 meter persegi. Menara kedua dari komplek VERDE TWO ini, akan siap huni pada kuartal kedua 2019. (*)