TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengatakan pemerintah masih butuh PT Freeport Indonesia untuk mengelola tambang di Papua. Karena itu, pemerintah hanya akan mengakuisisi 51 persen saham perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
Baca: Jokowi Geram Kesepakatan Freeport - Inalum Dikomentari Negatif
JK menuturkan Freeport sudah berpengalaman mengelola tambang. Perusahaan itu sudah beroperasi lebih dari 50 tahun sehingga mengerti seluk-beluk operasi sampai pemasaran.
"Kita bisa saja berusaha (akuisisi) lebih besar. Namun kita masih membutuhkan kerja sama, baik kerja sama teknologi, begitu juga pemasaran dan manajemen dari proyek yang besar ini," ujarnya di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 18 Juli 2018.
Selain itu, dana yang dikeluarkan untuk mengakuisisi Freeport tak sedikit. Menurut JK, nilai Freeport saat ini sekitar Rp 100 triliun. Untuk membeli hampir 50 persen sahamnya, pemerintah harus merogoh kocek hingga Rp 50 triliun.
JK berharap sumber daya manusia Indonesia bisa mengembangkan kemampuannya sehingga tambang Freeport ke depan bisa dikelola sendiri. Dengan begitu, pemerintah dapat menguasai sepenuhnya, tak hanya sekedar mayoritas.
"Pemerintah ingin agar pendapatan negara dari Freeport itu akan lebih banyak digunakan untuk kemajuan kita semua, khususnya kemajuan Papua itu sendiri," ucap JK.
Baca: Pembelian Saham Freeport Dinilai Berpotensi Merugikan Negara
Meski begitu, Jusuf Kalla memastikan pemerintah tetap mendapat keuntungan lebih banyak dari divestasi saham Freeport sebesar 51 persen. Tak hanya pemasukan, lapangan kerja juga dijamin lebih terbuka.
McMoran Inc dengan PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dan Rio Tinto resmi meneken perjanjian awal atau heads of agreement pada Kamis, 12 Juli 2018. Perjanjian tersebut berisi kesepakatan divestasi saham sebesar 51 persen. Setelah diteken, masing-masing pihak akan membuat kesepakatan yang lebih detail lagi mengenai akuisisi. (*)
Baca juga Serial Bisnis Milenial: Jawara Digital Marketing Dewa Eka Prayoga Melawan Kemustahilan