TEMPO.CO, Jakarta - Tuan Guru Bajang Zainul Majdi ternyata seorang pesepeda andal. Gubernur Nusa Tenggara Barat yang akrab disapa TGB ini mengatakan bisa menghabiskan akhir pekannya dengan bersepeda hingga ratusan kilometer.
"Sehari kalau betul-betul sedang fokus, hari Ahad saya kosong, saya bisa sampai dua ratus kilometer," kata TGB saat berkunjung ke kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, Kamis, 12 Juli 2018.
Baca: TGB: Saya Dukung Jokowi Dua Periode Sejak 2016
TGB mengatakan, dia sudah menekuni olahraga bersepeda ini selama lima tahun terakhir. Kini koleksi sepedanya ada delapan unit. Penggunaannya, kata dia, disesuaikan dengan rute yang bakal ditempuh.
Untuk rute yang relatif datar, TGB lebi senang mengendarai sepeda stainless yang ringan semacam Dario Pegoretti. Sedangkan, untuk medan yang lebih sulit, dia biasanya memilih sepeda Pinarello.
TGB mengatakan sudah pernah menjajal sejumlah rute. Mulai dari Bima ke Mataram dengan jarak 450 kilometer, Surabaya ke Sarangan sejauh 330 kilometer, hingga Surabaya ke Bromo dengan medan naik turun sejauh 100 kilometer.
Baca: Ditawari ke Golkar, TGB: Itu Spontan dari Abang ke Adik
Menurut TGB, godaan yang paling berat yakni ketika disalip oleh pesepeda lain, apalagi saat tanjakan. Kata dia, lazimnya tenaga akan habis saat berusaha menyamakan ritme dengan yang menyalip. "Kuncinya konsisten dan mengetahui betul kemampuan kita," kata TGB.
Soal pengalaman bersepeda, TGB juga pernah mengalami hal buruk saat bersepeda. Politikus berusia 46 tahun ini pernah terjatuh saat sedang mengendarai sepeda gunung alias mountain bike (MTB) miliknya.
TGB jatuh tak jauh dari sebuah batu besar setelah salto di udara. Peristiwa itu terjadi sekitar dua tahun lalu di Bukit Korea, Lombok. TGB pun sempat kehilangan kesadaran sesaat.
Baca: Dukung Jokowi, TGB Zainul Majdi Siap Terima Semua Risiko
Apabila saat itu sepeda yang dikendari TGB mengenai batu besar, diperkirakan tulang rusuknya bakal hancur. Beruntung, rekan bersepedanya saat itu merupakan direktur sebuah Rumah Sakit tentara sehingga TGB langsung mendapatkan pertolongan pertama dengan tepat. "Saya kapok pakai MTB. Menurut saya itu tanda kalau saya enggak boleh MTB-an," kata ulama organisasi Islam Nahdlatul Wathan ini.