TEMPO.CO, Karangasem - Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana menyatakan kondisi Gunung Agung terpantau masih belum stabil dan berpotensi mengalami erupsi susulan dengan intensitas relatif kecil.
"Kondisi Gunung Agung belum stabil. Namun, potensi erupsi yang lebih besar dari erupsi yang terjadi sebelumnya masih relatif kecil, karena saat ini estimasi kami terhadap magma yang ada di dalam tubuh gunung masih belum signifikan," kata Devy saat ditemui Antara di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Sabtu, 7 Juli 2018.
Baca: Bos World Bank Yakin Gunung Agung Tak Pengaruhi IMF-World Bank
Dengan adanya gambaran umum ini, kata Devy, pihaknya masih menepatkan level Gunung Agung berstatus siaga atau level III. Karena itu, PVMBG mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat kilometer, termasuk melakukan pendakian. Namun masyarakat juga diimbau untuk tidak panik.
Gunung Agung di Bali sebelumnya mengalami erupsi dengan mengeluarkan abu vulkanik pada Selasa, 3 Juli 2018 pada pukul 09.32 WITA atau 10.32 WIB. Beberapa menit sebelum erupsi itu, terjadi gempa.
Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi, Operasional Pura Besakih Tetap Normal
PVMBG mencatat aktivitas terkini Gunung Agung sejak Pukul 00.01-09.00 WITA secara visual masih ada asap putih dengan ketinggian 200-300 meter dari atas puncak. Sedangkan dalam enam jam terakhir, jumlah aktivitas vulkanik hanya mengalami enam kali gempa hembusan yang artinya gempa dengan konten rendah yang mengindikasikan adanya pergerakan fluida yang dominan ke permukaan dari pada gempa vulkanik yang saat ini tidak terekam. "Kalau ada gempa vulkanik mengindikasikan adanya pergerakan magma ke dalaman, namun saat ini kami melihat adanya pengurangan tendensi suplai magma ke permukaan," kata Devy.
Untuk deformasi Gunung Agung terlihat masih berfluktuasi, namun secara umum belum adanya penunjukkan pengembungan perut gunung atau penambahan volume magma yang signifikan di dalam tubuh gunung tertinggi di Bali ini. Secara geokimia, PVMBG mengukur gas yang masih terekam sebesar 400 ton per hari dibandingkan hari sebelumnya lebih besar sekitar 1.000 ton per hari. Namun, dari jumlah gas tersebut mengindikasikan Gunung Agung mengalami sistem terbuka atau gas-gas ini bisa naik ke permukaan relatif lebih mudah. "Hal ini sangat baik untuk mengurangi tekanan di dalam tubuh Gunung Agung," kata Devy.
Baca: Ahli ITB: Letusan Gunung Agung Bali Terkait dengan Gempa Tektonik