TEMPO.CO, Jakarta - Amnesti Internasional Indonesia meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua, empat tahun lalu. Desakan tersebut pun telah digulirkan melalui petisi online di laman Change.org.
Hingga Rabu, 4 Juli 2018, sedikitnya telah 5 ribu warganet menandatangani petisi tersebut. Petisi tersebut berjudul "Pak Jokowi, bawa keadilan bagi korbanm tuntaskan kasus Paniai."
Salah seorang yang mengkampanyekan petisi ini, Dhenok Pratiwi dalam keterangan tertulisnya, mengatakan dalam petisinya Amnesti Internasional Indinesia menyebut bahwa dalam delapan tahun terakhir ada 68 kasus lain di Papua, belum dituntaskan.
"Telah terjadi pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil yang melibatkan personel keamanan. Kasus-kasus tersebut belum diproses secara hukum," kata Dhenok.
Baca juga: Listrik Papua, Jokowi: Hotel Presiden Saja Byar-Pet 3 Kali
Dalam petisi tersebut Amnesti Internasional Indonesia mendesak presiden agar segera membentuk tim investigasi yang independen. Sebab, jika kasus ini terungkap maka bakal menjadi harapan baru untuk penyelesaian kasus-kasus lainnya dan menghentikan kasus serupa terjadi kembali.
"Petisi ini ditutup dengan kalimat untuk mimpi anak-anak Papua," ucapnya. Salah satu penandatangan petisi dengan akun Rita Dhoroty berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi. "Anak-anak punya banyak mimpi dan menjadi harapan negara, sementara tentara semestinya mengayomi rakyat bukan melakukan kekerasan.”
Baca juga: Tinjau Pembangunan Bandara, Jokowi Puji Keindahan Nabire
Berikut kutipan dari petisi yang diberi tagar #SaPuMimpi itu :
"Alpius itu murid saya. Kami harap suatu kelak Alpius bisa menjadi tokoh di kampung kami, tetapi malah putus di tengah jalan", begitu cerita Esau Tegege – guru Alpius Youw.
“Pernahkah kamu mendengar kejadian tragis yang menimpa Alpius dan teman-temannya di Paniai, Papua? Alpius Youw (18), Yulianus Yeimo (17), Apinus Gobay (16), Simon Degei (17), tewas ditembak aparat keamanan 8 Desember 2014, di Paniai. Anak-anak muda Papua ini harus pergi, tidak sempat meraih mimpi-mimpi mereka.
Berawal ketika salah seorang remaja mengingatkan seorang tentara untuk menyalakan lampu kendaraan di tengah perayaan natal. Sang tentara tersinggung, lantas bersama rekannya 'menghukum' anak- anak itu bersama rekannya. Yang dipukuli 11 orang, umurnya antara 10 sampai 16 tahun.
Esok harinya, di dekat markas tentara dan polisi, warga melakukan aksi damai, tradisi mereka sebagai bentuk protes & meminta klarifikasi.
Di tengah itu semua, beberapa aparat yang terdiri atas polisi dan tentara mengarahkan pucuk senjata ke demonstran dan mulai menembaki mereka hingga 4 remaja tersebut tewas di tempat. Betul-betul merupakan Natal yang kelam bagi Paniai. “