TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani mengatakan bahwa PPP dan koalisinya akan tetap konsisten dan istiqomah tidak menyodor-nyodorkan nama cawapres Jokowi pada pemilihan presiden atau pilpres 2019 secara terbuka dan besar-besaran. “Daripada nanti pihak yang non-koalisi jadi ribut sendiri," katanya saat dihubungi Tempo hari Senin, 2 Juli 2018.
Menurut Sani, PPP mengutamakan pertemuan di dalam koalisi terlebih dahulu sebelum mengumumkan hasil pertemuan itu kepada publik. Pertemuan antar sekjen partai-partai dalam koalisi Jokowi dijadwalkan pada pekan ini.
Baca:
Lima Tokoh yang Tak Cocok Jadi Cawapres ...
Survei: Muhaimin Iskandar Tak Unggul Sebagai Cawapres Jokowi ...
Hasil pertemuan antar sekjen itu akan disampaikan kepada ketua umum masing-masing partai yang kemudian diteruskan kepada Presiden Jokowi. "Pendekatan parpol-parpol pendukung Jokowi ini berbeda dengan yang bukan atau belum menjadi koalisi, itu yang ingin kami tekankan," kata Sani.
Ketika ditanya tentang nama-nama yang mungkin akan diusulkan PPP sebagai bakal cawapres, Sani menjawab bahwa PPP siap untuk mengajukan beberapa nama. Nama-nama cawapres itu berasal dari kalangan internal maupun eksternal partai.
Baca:
Empat Kriteria Cawapres Jokowi Versi SMRC
Tiga Kriteria Cawapres Jokowi yang Diinginkan ...
"Dari internal ada ketua umum PPP, Muhammad Romahurmuziy,” kata Arsul. Dari eksternal ada juga beberapa nama yang masuk dalam radar pengamatan PPP.
Beberapa di antara yang akan diajukan sebagai cawapres Jokowi oleh PPP adalah KH Ma'ruf Amin, Jimly Asshiddiqie, Din Syamsuddin, dan As'ad Said Ali. “Tapi ini bukan berarti kami mendeklarasikannya kepada publik sebelum ada pembicaraan lebih lanjut."