TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan salah satu alasan Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) kembali melakukan pergerakan rencana aksi teror saat Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada lantaran pesta demokrasi tersebut tidak sesuai dengan nilai yang mereka anut.
"Mereka menganggap sistem ini buatan manusia, mereka menganggap ini suatu yang syirik," ujar Tito di Markas Besar Kepolisian RI, Senin 25 Juni 2018.
Tito menyebutkan kepolisian sudah mendeteksi adanya gerakan-gerakan ini, hingga dilakukan tindakan preventif dengan adanya sejumlah penangkapan dalam beberapa hari terakhir. Mereka berencana akan melakukan aksi di Pilkada Jawa Barat.
Baca juga: Pengamat: Aman Abdurrahman Lebih Baik Dipenjara Seumur Hidup
Tito mengatakan, hingga saat ini sudah ada 13 orang yang ditangkap dengan modus akan melakukan aksi saat Pilkada. "Ada yang harus ditembak mati karena memberikan perlawanan saat penangkapan," ujarnya.
Tito enggan menjelaskan lebih detail daerah mana lokasi penangkapan serta wilayah yang menjadi sasaran teror demi alasan keamanan.
Sejak Jumat lalu, kepolisian menangkap sejumlah terduga teroris yang hendak melakukan serangan saat Pilkada Jawa Barat. Jumat sore tim Densus 88 menembak mati salah satu anggota JAD dengan inisial M karena melawan saat penangkapan di Subang Jawa Barat. Dalam penangkapan Densus 88 menyita ransel yang diduga berisi bom.
Baca juga: Jika Aman Abdurrahman Dihukum Mati, Pengamat: JAD Tetap Eksis
Pada Sabtu pagi, Densus 88 juga menangkap satu orang terduga teroris MM di Bogor Jawa Barat. Pada hari yang sama, kepolisian juga menangkap dua orang terduga teroris AS dan AZA di Depok, Jawa Barat. Dua anggota Jamaah Ansharut Daulah itu tewas karena menurut polisi melakukan perlawanan saat ditangkap.
Tito menegaskan, bahwa kepolisian sudah siap dan siaga mengantisipasi serangan-serangan teror menjelang Pilkada. Dia menyatakan bahwa TPS-TPS aman untuk didatangi oleh masyarakat. "Masyarakat tidak usah takut, kami jamin TPS aman untuk didatangi," ujarnya.