TEMPO.CO, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas, mengatakan penyebab banjir bandang yang terjadi di wilayahnya bukan akibat pembalakan liar atau illegal logging. Menurut bupati, banjir pada Jumat malam, 22 Juni 2018 ini karena adanya gerakan tanah di lereng gunung saat hujan lebat mengguyur.
"Banjir diakibatkan adanya gerakan tanah (sleding) di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi, tepatnya dari kawasan Gunung Pendil akibat curah hujan tinggi," kata Anas usai mendatangi lokasi banjir bandang di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi.
Baca: Penjelasan BPBD Bagaimana Banjir Bandang di Banyuwangi Terjadi
Sedikitnya empat dusun di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, dilanda banjir bandang yang membawa lumpur dan kayu hutan. Arus lumpur dan material kayu ini menerjang sekitar 300 rumah terdampak dan 15 rumah rusak berat, namun tidak ada laporan korban jiwa dalam kejadian bencana alam tersebut.
Petugas dengan alat berat membersihkan lumpur akibat banjir bandang yang melanda Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat 22 Juni 2018. Akibat banjir bandang tersebut puluhan rumah rusak dan sejumlah ruas jalan sulit dilalui serta lahan pertanian milik warga rusak. ANTARA FOTO/Tulus Harjono
Empat dusun itu adalah Gari, Bangunrejo, Karangrejo dan Wonorejo. Warga langsung menyelamatkan barang-barang mereka ketika masuk ke rumah. Banjir bandang juga menyebabkan kerusakan destinasi wisata dan lahan pertanian di Kecamatan Songgon.
"Ada sekitar 2 juta meter kubik longsoran tanah di Bukit Pendil yang merupakan gundukan mukit hasil dari muntahan lahar dari ledakan Gunung Raung ratusan tahun silam, sehingga Bukit Pendil tidak terlalu solid dan rawan longsor," tutur Anas.
Menurutnya Anas, gerakan tanah tersebut mengakibatkan sejumlah material vulkanik Gunung Pendil yang mengendap ribuan tahun terangkat dan itu merupakan aktivitas dari Gunung Raung. Hujan deras yang mengguyur lereng Gunung Raung membuat endapan material vulkanik tersebut longsor dan akibatnya pohon-pohon yang ada di lereng Gunung Raung juga terseret aliran banjir.
"Longsoran material itu bukan karena illegal logging dan hutan gundul. Ini murni karena faktor alam dan curah hujan yang tinggi," ujar Anas sembari mengutiphasil penelitian PVBMG akhir Mei 2018 membuktikan bahwa longsor di Gunung Raung diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang mengikis permukaan tanah di lereng gunung dan hutan di Songgon yang masih lebat.
"Dari penelitian PVBMG bulan Mei lalu, areal longsor di hulu Sungai Badeng tersebut memang cukup luas. Longsor yang terjadi di kawasan Gunung Raung itu mencapai ketinggian 390 meter dengan lebar 40-50 meter. Jadi ini murni faktor alam," kata Anas.
Salah seorang warga Desa Alas Malang, Jalu, mengatakan banjir mulai terlihat masuk ke kampung pada Jumat sejak pukul 09.00 WIB. Lama kelamaan air bercampur lumpur itu membesar. "Melihat Sungai Badeng airnya deras, warga bersiap-siap. Ternyata benar, air Sungai Badeng meluap dan membawa banyak lumpur," ujarnya.