INFO JABAR - Tingkat kecelakaan arus mudik tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Pada 2018, H-1 hingga H+2, data Polda Jabar dan Dinas Perhubungan Jawa Barat menyebutkan ada tiga kecelakaan dengan korban jiwa tiga orang dan jumlah kerugian Rp28 juta. Sedangkan pada 2017, terjadi 12 kecelakaan dengan jumlah korban jiwa delapan orang dan nilai kerugian mencapai lebih dari Rp20 miliar.
"Secara keseluruhan ada penurunan signifikan dari kemacetan maupun kecelakaan dan korban," ujar Sekretaris Daerah Prov. Jawa Barat, Iwa Karniwa saat dihubungi, Selasa, 19 Juni 2018.
Adapun arus kendaraan selama mudik di jalur Pantura, Tengah dan Selatan juga mengalami penurunan. Hal yang sama terjadi pada tingkat kecelakaan. Hal itu berdasarkan hasil evaluasi dan perbandingan arus mudik satu tahun terakhir.
Total warga yang melintas dari H-7 tahun 2017, untuk Jalur Pantura
1.145.818 jiwa, Jalur Tengah 42.423 jiwa dan Jalur Selatan 890.999 jiwa. Sementara untuk kendaraan yang melintas berjumlah
1.220.386 unit motor dan
1.242.454 unit mobil. Pada 2018, di momen yang sama, warga yang melintas di jalur Pantura sebanyak
1.182.294 jiwa, jalur Tengah 37.0762 dan jalur Selatan sebanyak 76.9707 jiwa. Sementara kendaraan roda dua sebanyak 95.387 unit dan roda empay
1.430.136 unit.
"Terjadi penurunan 4 persen kendaraan yang melintas di tiga jalur tersebut dibanding tahun lalu," kata Iwa.
Adapun arus balik di tiga jalur utama, yakni Pantura, Tengah dan Selatan, di H+1 terjadi peningkatan arus kendaraan sebesar 66 persen. Sedangkan pada H+2 terjadi peningkatan sebesar 12 persen.
Menurut Iwa, kepadatan kendaraan di jalur tengah dan selatan berkurang karena masyarakat cenderung melintas di jalur Pantura. Hal itu karena ada jalan trans Jawa yang sudah terkoneksi meski belum 100 persen.
Melihat trend mudik yang diklaim kebih baik, Pemprov Jabar, kata Iwa, terpacu segera melelang rencana pembangunan jalan tol Gede Bage-Majalaya-Tasik-Banjar sepanjang 106-110 km.
"Jika di jalur tengah dan selatan konektivitasnya bisa ditingkatkan, mudik akan terbagi dan arus lalin tidak akan padat," ujarnya.
Menurut Iwa, hal ini harus didukung semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kalau terealisasi, jalur Selatan akan mempunyai sarana yang memadai untuk dilalui pemudik secara cepat dan nyaman. (*)